Secara administratif, Depok berada di wilayah Jawa Barat yang bersuku Sunda, namun secara kultural, Depok lebih bernuansa Betawi. Masyarakat Depok umumnya lebih nyaman disebut orang Betawi ketimbang orang Sunda.
Nama Depok kemungkinan baru di kenal sejak masuknya pengaruh Banten dan Demak pada sekitar tahun 1527-an, yakni pada masa kemelut perang kerajaan Banten-Demak yang bercorak islam dan Pajajaran yang bercorak hindu. Nama Depok sendiri ternyata tidak hanya ada satu, nama Depok terdapat pula di daerah Sumedang, Cirebon, Sleman, bahkan Nusa Tenggara Barat. Umumnya, nama Depok dikaitkan dengan tempat yang dulunya pernah menjadi tempat persinggahan dan sekolah tradisional(padepokan). RM Jonathan (1998) menulis dalam Sejarah Singkat Masyarakat Kristen Depok pada halaman 5 alinea 4, bahwa nama Depok sudah ada sebelum tanah wilayah itu dibeli oleh Cornelis Chastelein tahun 1696. Hal yang sama dikatakan pula dalam laporan seorang pejabat Belanda Abraham van Riebeek tahun 1703 bahwa ia melewati suatu kawasan yang telah lama dikenal bernama Depok yang letaknya antara Pondok Cina dan Pondok Terong.
Meski nama Depok sudah ada sebelum jaman tuan tanah Belanda, namun belum dapat dipastikan sejauh mana wilayah yang bernama Depok waktu itu. Beberapa sumber menyebutkan, kemungkinan yang disebut Depok pada abad ke-16 itu meliputi yang sekarang menjadi Jalan Siliwangi, yang ke arah timur berbatasan dengan kali Ciliwung, sedangkan ke barat berbatasan dengan Jalan Kartini dan Margonda, ke utara berbatasan dengan Kampung Mangga atau Parung Malela, dan ke selatan berbatasan dengan Parung Balimbing (Pancoran Mas).
Depok hingga abad ke-16 atau sebelum masuknya pengaruh Banten, termasuk wilayah Kerajaan Muara Beres, yang pusatnya ada di Desa Sukahati dan Desa Karadenan. Kerajaan Muara Beres adalah kerajaan bawahan dari Pajajaran.
Pada abad ke-16, Banten-Demak melakukan ekspansi ke wilayah Pajajaran, dan mendirikan markas pertahanan di Depok. Konon, untuk menembus benteng Pajajaran di Muara Beres, Banten-Demak memerlukan waktu hampir 50 tahun. Pada saat itulah bermunculan kampung-kampung Banten-Demak yang bercorak islam, misalnya Beji, Pondok Terong, Kedung Waringin, Rawa Denok, Rawa Geni, Mampang, Kukusan, Sawangan, dan Depok. Adapun kampung-kampung yang sudah ada sebelum masuknya pengaruh Banten atau yang sudah ada sejak zaman Tarumanagara adalah Citayam, Parung Bingung, Parung Balimbing, Parung Serab, Bojong Jati, Parung Malela, Kampung Mangga, Cikumpa, Cimanggis, Cinere, Karang Anyar (sekarang wilayah Sengon dan Jemblongan), Pabuaran, dan Susukan.
bersambung ...
Hasil terjemahan Google :
Geschiedenis Depok
Administratief, Depok West-Java in een multiraciale gebied van Sunda, maar cultureel, meer genuanceerde Depok Batavia. Depok gemeenschap is over het algemeen comfortabeler dan de persoon met de naam Batavia Sunda mensen.
Naam Depok nieuwe mogelijkheden in het weten sinds de invoering van de invloed van Banten en Demak in de jaren rond 1527, dwz in de chaos van de oorlog-koninkrijken van Banten en Demak zijn patroon Pajajaran islam die is hindoe. Depok naam zelf was niet alleen een, er is ook de naam van Depok Sumedang district, Cirebon, Sleman, zelfs het Westen. In het algemeen, Depok naam geassocieerd met de plaats waar ooit een haven en een traditionele school (padepokan). Jonathan RM (1998) schrijft in Een beknopte geschiedenis van de christelijke Gemeenschap Depok op pagina 5 paragraaf 4, dat de naam bestond vóór de Depok gebied van de grond aangekocht door Cornelis Chastelein jaar 1696. Hetzelfde wordt ook gezegd in de verklaring van een Nederlandse ambtenaar Abraham van Riebeek in 1703 dat hij ging door een gebied dat al lang bekend met de naam Depok die is gelegen tussen China en Pondok Pondok Aubergine.
Hoewel de naam Depok reeds vóór het tijdstip van de Nederlandse verhuurders, maar konden niet worden vastgesteld hoe ver de regio met de naam Depok tijd. Sommige bronnen zeggen, waarschijnlijk de naam Depok in de 16e eeuw omvatte wat is nu de Siliwangi Road, dat grenst aan het oosten Ciliwung, terwijl in het westen is door Jalan Kartini en Margonda, grenst in het noorden grenzend aan de Kampung Mangga of Parung Malela, en in het zuiden door de Parung Balimbing (Pancoran Mas).
Depok tot de 16e eeuw of vóór het betreden van de invloed van Banten, met inbegrip van het grondgebied van het Koninkrijk estuarium problemen, waarvan het middelpunt in het dorp en Village Sukahati Karadenan. Oke Estuary is de koninklijke koninkrijk van Pajajaran ondergeschikten.
In de 16e eeuw, Banten, Demak Pajajaran uitbreiding naar de regio, en stelt de verdediging hoofdkantoor in Depok. Er wordt gezegd dat het fort Pajajaran dringen in Moeara Alright, Banten, Demak duurt bijna 50 jaar. Dat is wanneer popping de dorpen van Banten, Demak islam patroon, bijvoorbeeld Beji, Maisonette Aubergine, Kedung Waringin, slanke Rawa, Rawa Geni, Mampang, stoomboten, Sawangan en Depok. Zoals voor de dorpen die bestond vóór de invloed van Bantam of bestaande sinds de tijden Tarumanagara is Citayam, Parung Verward, Parung Balimbing, Parung Serab, Bojong Teak, Parung Malela, Kampung Mangga, Cikumpa, Cimanggis, Cinere, Karang Anyar (nu grondgebied sengon en Jemblongan), Pabuaran en Susukan.

sip mas
BalasHapusmampir y www.greenworldfreedom.com