Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

07 Agustus 2009

BAHAYA KHAWARIZME

Istilah khawarizme barangkali nampak asing bagi sebagian orang. Khawarizme adalah aliran pola pikir dan pola tatalaku kaum Khawariz yang dimulai pada abad ke-7 namun tetap hidup hingga hari ini.

Asal Mula Masalah

Alkisah bermula dari jaman Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada jaman pemerintahan Ali, kaum muslimin amat sering dihadapkan dengan intrik-intrik perebutan kekuasaan, terutama oleh kelompok Muawiyah bin Abu Sofyan. Ketika khalifah dipimpin oleh Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, Muawiyah belum berani secara terang-terangan melawan dan berusaha merebut kekuasaan. Tapi setelah pilar-pilar utama kaum muslimin itu wafat dan hanya Ali yang tersisa, mereka merasa yakin mampu menumbangkan Ali dan mengambil estafet kekuasaan khilafah al rasyid.

Muawiyah memang sudah menjadi tokoh oposisi semu sejak pertama bergabung dengan kaum muslimin. Secara tersirat, pribadi Muawiyah telah terabadikan dalam surah Al Qur'an yang berkenaan dengan masalah kaum munafikun. Muawiyah memiliki hampir segala hal untuk menjadi tokoh. Ia memiliki kapasitas intelektual yang kuat, keuangan yang mapan, dan masih keturunan bangsawan arab.

Pada jaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib, kaum munafikun yang jumlahnya cukup banyak telah terorganisir dengan baik untuk melawan Ali. Maka pecahlah pemberontakan Muawiyah yang berujung pada peperangan.

Pada perang tersebut, pasukan Muawiyah tersudut. Pasukan Ali yang didukung oleh kaum Khawariz yang gagah berani berhasil mendesak Muawiyah hingga titik paling kritis. Pada saat menentukan itu tiba-tiba Muawiyah mengangkat Al Qur'an dan meneriakkan perdamaian.

Ali adalah negarawan sejati. Mengetahui Muawiyah mengangkat Qur'an dan meneriakkan damai, beliau menyambut dengan gembira. Masalah Muawiyah selanjutnya diserahkan kepada pengadilan.

Muawiyah yang ahli politik, rupanya telah mengatur dan memperhitungkan segala aspek. Pengadilan yang didominasi kelompok Muawiyah dengan berbagai cara berhasil mengalihkan wacana peradilan. Pimpinan pemberontak yang secara hukum harusnya dihukum mati, malah dibebaskan.

Muawiyah menyadari kelemahan pihak Ali dalam diplomasi di pengadilan. Maka setelah gagal merebut kekuasaan dengan senjata, iapun mengubah siasat. Siasat Muawiyah adalah dengan menyebarkan isyu-isyu bohong perpecahan Ali dan Aisyah Umi al Muslimin, istri Rasulullah. Kemudian menyebar fitnah atas Ali, sehingga Ali bin Abi Thalib mendapat citra negatif di mata kaum muslimin. Hingga akhirnya terjadilah kembali pengadilan yang mirip dengan sidang istimewa MPR pada jaman ini. Pengadilan sidang istimewa itu berakhir ironi, Ali dipecat sebagai khalifah, dan mengangkat Muawiyah sebagai khalifah yang baru!

Ali bin Abi Thalib adalah seorang negarawan. Jiwa negarawannya memilih menerima hasil pengadilan daripada timbul kembali perpecahan umat. Sikap Ali yang bijaksana itu ternyata mendapat protes dari kaum Khawariz, kaum gagah berani yang selama ini menjadi inti kekuatan kekuasaan Ali bin Abi Thalib.

Kaum Khawariz merespon sikap Ali terlalu jauh. Dengan gelap mata kaum Khawariz mengkafirkan Ali dan semua kaum muslimin. Kaum Khawariz menganggap kaumnyalah satu-satunya kaum muslimin yang sebenarnya. Pengkafiran kaum muslimin oleh kaum Khawariz tidak main-main. Maka diutuslah beberapa orang dengan tugas besar... membunuh Ali dan Muawiyah ! Sejarah mencatat, Ali berhasil dibunuh, sedangkan Muawiyah berhasil meloloskan diri. Ironis, Ali dibunuh oleh mantan pengikut setianya sendiri. 

Setelah berakhir kepemimpinan Ali, Muawiyah menobatkan diri sebagai Khalifah dan pendiri Bani Umayyah. Bani Umayyah selama ratusan tahun melakukan ekspansi ke Utara Afrika (Maroko) hingga ke jantung Eropa. Tidak semua Khalifah Bani Umayyah buruk, beberapa ada yang melegenda dan mensponsori pendirian universitas tertua dan terbesar dunia. Bani Umayyah berakhir setelah digantikan Bani Abbasiyah (keturunan Abbas) yang memindahkan ibukota imperium Islam ke Baghdad.

Siapakah Kaum Khawariz?

Pada suatu malam Rasulullah berjalan menyusur kampung-kampung kaum muslimin bersama Umar bin Khattab. Mereka melewati sebuah rumah kaum Khawariz yang terdengar sedang melantunkan ayat-ayat suci sambil menangis. Kaum Khawariz memang terkenal amat tekun beribadah. Kemudian Umar bin Khattab berseloroh kurang lebih, 'Ya Rasulullah, inilah suara kaum calon penghuni surga.' Tapi Rasulullah malah menjawab kurang lebih,'Bukan, mereka adalah calon penghuni neraka.'

Ulasan

Kaum Khawariz adalah kaum yang terkenal paling taat beribadah. Namun ketaatan mereka ternyata tidak membuahkan hikmah dan kearifan, malah memunculkan sifat merasa paling mulia, paling benar, paling pandai, dan satu-satunya yang lurus keislamannya. Mereka tak segan mengkafirkan sesama muslim. Mereka sombong, padahal kesombonganlah yang dulu menyebabkan Syaitan keluar dari surga dengan perkataannya yang melegenda 'ana khoiru minhu' (aku lebih baik dari dia).

Khawarizme sebagai pola pikir dan pola tata laku masih hidup hingga saat ini. Khawarizme anti dialektika. Bahasa mereka bukan bahasa verbal. Bukan pula bahasa intelektual. Bahasa mereka adalah SENJATA.
______

Penulis :
Hamdan A Batarawangsa

1 komentar:

  1. Ini terjadinya pembantai Imam Husein di Karbalah, karena persekutuan antara utusan inggris pada pemerintahan Rasulullah, Abdullah Bin.... kemudia keluarga rasulullah melarikan diri sampai ke Indonesia pada abad XIV dan menyebarkan agama islam di tanah jawa (Maulana malik ibrahim / Wali songo)

    BalasHapus

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.