Pemerintah RI menunggu niat baik Malaysia untuk meminta maaf sehubungan iklan wisata Malaysia 'The Trully Asia' yang menyertakan tari Pendet, tari tradisional Bali.  Iklan wisata Malaysia yang berisi tari Pendet, seolah mengklaim bahwa tarian tersebut berasal dari Malaysia, bukan dari Indonesia.  
Sebelumnya, malaysia mengklaim pula lagu daerah Maluku O Ina Ni Keke dan kesenian Reog Ponorogo.  Belum lagi masalah tapal batas yang kerap berulang-ulang.  Bahkan jauh di masa lampau, konon Malaysia pernah pula mengklaim bahwa pusat kerajaan Sriwijaya  berada Malaysia, bukan di Sumatera Selatan, dengan mengacu keberadaan salah satu makam raja Sriwijaya, Balaputradewa, yang berada di negeri Jiran tersebut.
Ada apa dengan Malaysia ?  
Dosen Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Edy Prasetyono (Republika, 26 Agustus 2009), berpendapat bahwa sikap agresif Malaysia yang mengklaim berbagai budaya dan kesenian Indonesia disebabkan oleh kepentingan Malaysia untuk menemukan identitas bangsa.  Sebagaimana diketahui, bahwa dari segi kultural, bangsa Malaysia adalah keturunan dari nenek moyang bersuku bangsa Bugis (Sulawesi, Indonesia), dan Sumatera.  Malaysia tidak memiliki kekhasan yang asli.  Tanpa identitas budaya, Malaysia tidak komplit sebagai bangsa.  Padahal, untuk menjadi bangsa yang kuat dan besar, mutlak harus memiliki identitas yang kuat pula.
Prasetyono menambahkan, barangkali pula sikap agresif Malaysia itu disebabkan oleh keadaan inferior kompleks yang luar biasa akibat pengekangan berekspresi.  Agaknya ISA (Internal Security Act) masih menjadi belenggu politik dan hukum di Malaysia, sehingga kreatifitas tidak tumbuh.
Tapi beberapa kalangan memiliki sudut pandang lain sehubungan dengan Malaysia.  Agresivitas Malaysia terhadap Indonesia dinilai terlalu vulgar menunjukkan sikap 'cari gara-gara'.  Ada apa dengan Malaysia ?  Mungkin tidak ada apa-apa dengan Malaysia, mungkin  ada tokoh-tokoh balik layar yang sengaja memperuncing masalah, yaitu mereka  yang akan diuntungkan dengan konflik Indonesia - Malaysia.  
Dulu Bung Karno memproklamirkan 'ganyang Malaysia' karena memang politik Indonesia yang sedang gencar memerangi kekuatan imperialis mengharuskan demikian. Tapi kini lain masanya.  Ganyang Malaysia jangan sampai terucapkan oleh pemimpin baru bangsa ini.  Ingat teori perang melambung :  biarkan dua gajah bertarung, gajah ketiga akan memusnahkan keduanya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.