Di tahun 1980 sampai 1990-an, nama Aming cukup dikenal sebagai jagoan di kawasan Bungur Besar, Kemayoran, Jakarta Pusat. Perawakannya tinggi besar, wajah klimis tanpa janggut dan kumis. Berbeda dengan imege jagoan Betawi pada umumnya yang bringas, Bang Aming tergolong jagoan yang santun. Beliau tidak mengenal kata 'meminta' apalagi merampas.
Bang Aming bernama asli Amirullah, adalah cicit Djiong jagoan Kemayoran, dan Soehaeri jagoan Kalipasir. Bang Aming lahir dan besar di Kampung Kediman, kampungnya para jagoan Betawi. Pada tahun 1960-an, kawasan muka Kampung Kediman pernah menjadi terminal pertama di DKI Jakarta, yaitu terminal Bungur. Menurut cerita turun temurun, pada tahun-tahun itu di daerah Bungur seringkali terjadi 'duel' satu lawan satu yang berakhir dengan kematian.
Ayah Penulis pernah bercerita pada suatu hari tersiar kabar akan terjadi duel di Kampung Kediman. Maka pada saat yang ditentukan, berkumpullah warga untuk menyaksikan. Tidak ada seorangpun yang berani melerai, mungkin duel macam begini sudah tradisi turun-temurun sejak dulu kala. Dua orang yang berduel sama-sama memakai senjata. Satu golok, satunya lagi trisula. Hanya sekejab mata duel itu berlangsung. Hanya dalam waktu beberapa detik, salah satu pihak langsung terjerembab dengan tulang lutut patah kanan dan kiri!
Kerasnya lingkungan terminal Bungur teradaptasi dengan baik pada watak anak kampung Kediman waktu itu, termasuk Bang Aming. Untung saja, selain gudangnya para jagoan, kampung Kediman waktu itu juga gudangnya para ulama, sehingga lingkungan pergaulan terminal yang keras sedikit tercairkan.
Bang Aming belajar ilmu pukulan dari berbagai sumber. Selain dari bakat turunan, beliau juga belajar terutama dari tokoh bernama Syahbandar. Ilmu pukulan Syahbandar terkenal keras. Tidak pernah ada cerita murid-murid Syahbandar 'jatuh' dalam setiap pertarungan. Syahbandar memodifikasi ilmu pukul dari guru-gurunya yang lebih 'halus'. Guru Syahbandar yang terkenal diantaranya bernama Satiri dari Gang Toapekong.
Pada tahun 2006, Bang Aming wafat dalam sebuah silaturrahmi ke rumah saudara di Depok. Puluhan, mungkin ratusan, pemuda dan para tetua mengantar pemakaman beliau, hal itu membuktikan bahwa Bang Aming adalah tokoh yang amat dicintai oleh tetangga dan rekannya. Bang Aming jagoan Bungur, Jagoan Betawi yang budiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.