Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

10 November 2023

PERANG SURABAYA 10 NOVEMBER 1945 : MERDEKA ATAU MATI (Bag.3)

 (Memperingati Hari Sumpah Pemuda)

Setelah insiden di Hotel Yamato dan tewasnya Jendral Mallaby, suasana Surabaya memanas.  Pengganti Mallaby, Jendral Mansergh mengambil langkah yang justru semakin berbahaya. 

Pihak Inggris membuat ultimatum yang disebarkan melalui pamflet dari udara. Isi pamflet membuat rakyat Surabaya sangat marah. Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang isinya bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi pada tanggal 10 November 1945.   


Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia. Ultimatum tersebut dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi.


Nyaris seluruh sudut kota Surabaya dipenuhi pemuda dan kelompok bersenjata. Dalam ingatan Suhario alias Hario Kecik (Wakil Komandan Tentara Polisi Keamanan Rakyat), di sekitarnya berkumpul ratusan pemuda, semuanya membawa senjata tajam, pistol, dan granat. 

Pertemuan pemuda dan kelompok bersenjata di Surabaya memutuskan mengangkat Sungkono sebagai Komandan Pertahanan Kota Surabaya dan mengangkat Surachman sebagai Komandan Pertempuran. Dari sini, muncul semboyan "Merdeka atau Mati" dan Sumpah Pejuang Surabaya sebagai berikut:

Tetap Merdeka!

Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 akan kami pertahankan dengan sungguh-sungguh, penuh tanggungjawab bersama, bersatu, ikhlas berkorban dengan tekad: Merdeka atau Mati! Sekali Merdeka tetap Merdeka!

Surabaya, 9 November 1945, jam 18:46

Pada 10 November pagi, di radio terdengar suara Bung Tomo berpidato mengobarkan semangat berjihad fisabilillah membela kemerdekaan.  Bung Tomo sebelumnya menemui KH. Hasyim Asyari yang telah mengeluarkan fatwa jihad. 


                                                                        Foto Bung Tomo

Tidak lama kemudian tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran. Pasukan sekutu (Ingrris-Belanda) mendapatkan perlawanan dari rakyat Indonesia. Pertempuran Surabaya adalah pertempuran terbesar setelah proklamasi kemerdekaan. Pertempuran Surabaya berlangsung 3 minggu dengan jumlah korban 15-20 ribu rakyat Indonesia yang telah berjuang dengan gagah berani tanpa mengenal takut.

Perang Surabaya 10 November 1945 adalah perang terbesar dan terdahsyat setelah proklamasi kemerdekaan. Puluhan-ratusan ribu pemuda telah menunjukan jiwa patriotiknya yang tidak mengenal takut dan ikhlas berkorban nyawa untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk mengenang jasa para pejuang, maka tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Republik Indonesia. Merdeka atau Mati !!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.