Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

07 November 2023

BUKAN SOAL YUDAISME, BUKAN PENJAJAHAN BIASA, GAZA ADALAH PROYEK BISNIS KAUM BORJUIS

Siapa sangka tragedi kemanusiaan di Gaza, Palestina, memiliki motif ekonomi.  Sebagian besar orang menyangka (bahkan mungkin orang Israel sendiri) bahwa perang Israel – Hamas (Palestina) adalah soal penjajahan semata dimana Bani Israel yang terusir dari Eropa sedang berusaha memiliki negara sendiri dengan mengusir bangsa Palestina.  Sebagian lagi menyangka pendudukan Israel di Palestina adalah motif keyakinan Yahudi akan impian mengembalikan kejayaan Israel dan menyambut kedatangan Messsias akhir jaman mereka. Jika sedikit menengok sejarah tentang Terusan Suez dan menyimak Ben Gurion Canal Plan, nyata sekali segala kebrutalan di Gaza selatan hanyalah motif bisnis semata. 

Ketika Perancis menguasai Mesir, Terusan (Kanal) Suez dibangun dengan tujuan ekonomi.  Tepat di mulut Terusan Suez, di Pantai Laut Tengah, ada kawasan strategis yang cocok dijadikan pangkalan atau pelabuhan singgah (mirip Singapura) yang merupakan daerah Negara Palestina. Adanya Terusan Suez menyebabkan ide menguasai Palestina menjadi masuk akal.

Kembalinya Terusan Suez dalam kekuasaan Mesir, membuat pihak Israel-Perancis-Inggris plus Amerika Serikat memunculkan ide membuat terusan tandingan di timur Terusan Suez, menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah dengan membuat sodetan (kanal) di selatan Gaza.

Terusan Suez atau Qanā al-Suways, di sebelah barat Semenanjung Sinai, Mesir, merupakan terusan kapal sepanjang 193 km, menghubungkan Pelabuhan Said (Būr Sa'īd) di Laut Tengah dengan Suez (al-Suways) di Laut Merah.

Terusan Suez diresmikan tahun 1869 dan dibangun atas prakarsa insinyur Prancis yang bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps. Saat Terusan Suez dibangun, Mesir berada dalam jajahan Perancis.

Terusan ini memungkinkan transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika. Sebelum adanya terusan (kanal) ini, jika tidak ingin mengelilingi benua Afrika, barang niaga atau orang dari Eropa harus mengosongkan kapal dan dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Pelabuhan Said di Laut Tengah hingga al Suways di Laut Merah jika ingin menuju Asia. Pada era itu, perdagangan di daerah Asia Barat sudah sangat ramai.

Terusan ini terdiri dari dua bagian, utara dan selatan Danau Great Bitter, menghubungkan Laut Tengah ke Teluk Suez.

Dalam era Perang Dunia I Terusan Suez yang saat itu berada di bawah kekuasan Inggris, diserang oleh pasukan Jerman dan Turki Ottoman. Posisi Suez yang sangat strategis, yaitu menghubungkan Laut Mediterania (Tengah) dan Laut Merah, menjadikan terusan ini objek rebutan, baik karena alasan politik maupun alasan ekonomi.

Saat Mesir dipimpin Presiden Gamal Abdul Nasir terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956 dinasionalisasi (diambil alih) pihak Mesir. Hal ini memicu terjadinya krisis Suez karena Prancis tidak terima Suez dikuasai Mesir. Pada tanggal 29 Oktober 1956 terjadi serangan gabungan dari Israel-Inggris-Prancis di Mesir.  Melalui intervensi dari PBB, Amerika Serikat dan Uni Soviet, konfrontasi tersebut dapat berakhir relatif cepat, dan kampanye perang pada 22 Desember 1956 kembali dievakuasi.

10 tahun kemudian, dalam Perang Enam Hari, mendorong Israel pada tanggal 9 Juni 1967 kembali menguasai Suez. Terusan Suez tetap tertutup untuk pengiriman dari Mesir dan menempatkan di perbatasan antara Mesir dan Israel. Israel mendirikan sebuah garis pertahanan, yaitu garis Bar-Lev dan mengusai Semenanjung Sinai. Dalam Perang Yom Kippur, pada tanggal 6 Oktober 1973 Suez berhasil dikuasai oleh pasukan Mesir. Tetapi pada akhirnya Israel juga berhasil memukul mundur Mesir dalam serangan balasan pada 16 Oktober 1973, Israel menyeberangi Suez dengan membuat sebuah jembatan di atas kanal.  Melalui perjuangan fisik dan diplomatik, akhirnya Mesir tampil sebagai pemenang sehingga seluruh saluran Suez dan Semenanjung Sinai kembali di bawah kendali Mesir. Setelah sempat ditutup  akhirnya terusan Suez kemudian dibuka untuk umum lagi pada tahun 1975.

Kembalinya Terusan Suez dalam kekuasaan Mesir, membuat pihak Israel-Perancis-Inggris plus Amerika Serikat memunculkan ide membuat terusan tandingan di timur Terusan Suez, menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah dengan membuat sodetan (kanal) di selatan Gaza. 

Siapa yang tidak tergiur keuntungan dari bisnis kanal ini. Pada Juli 2023 Terusan Suez menyumbang  pemasukan untuk Mesir hampir $10 milyar setahun. Masuk akal jika cukong dari AS-Inggris-Perancis-Israel melakukan segala cara demi terwujudnya "tol laut" yang maha menguntungkan ini.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.