Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

03 Desember 2024

ISRAEL DIKEPUNG SYIAH

Setelah satu tahun genosida Israel atas bangsa Palestina, dunia kompak mengecam Israel, namun hanya beberapa negara yang terang-terangan melakukan aksi militer, mereka adalah Iran di timur, Yaman (Houti) di selatan, dan Lebanon (Hisbullah) di utara, dimana muslim di tiga negara tersebut adalah penganut mazhab syiah. Israel dikepung syiah, dan Iran adalah ibu dari keduanya.

Ketika Netanyahu ditanya siapakah musuh terbesar Israel, Netanyahu menjawab, yang pertama adalah Iran, yang kedua adalah Iran, dan yang ketiga adalah Iran. Meski kebencian kepada Iran keluar dari mulut Perdana Menteri Israel, namun sejak 1979 negara AS lah yang getol menyerang Iran secara langsung, mulai aksi sabotase hingga embargo politik-ekonomi-dan persenjataan. Seperti umum diketahui, pada 1979 terjadi revolusi di Iran yang mengubah negara Iran yang monarki menjadi Republik Islam Iran, dan sejak tahun itu pula putuslah hubungan diplomatik AS-Iran, kemudian Iran menjadi satu-satunya negara di Timur-Tengah yang paling mempersoalkan penjajahan Israel atas Palestina hingga sekarang.

Secara historis, Iran (dan Irak) adalah negara besar yang dulunya menjadi induk peradaban dunia. Iran dahulunya bernama Persia dan Babilonia yang kekuasaannya meliputi Asia-Afrika hingga Eropa, tempat munculnya peradaban unggul pertama di dunia dimana Hammurabi membuat naskah hak asasi manusia yang paling tua, tempat lahirnya Nabi Ibrahim sekaligus bangsa yang disebut Aria yang memperkenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan ajaran Brahm “proto hindi” di India bagian utara. Iran juga tetap menjadi pusat peradaban dunia ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa selama 500 tahun sebelum bergeser ke Turki Utsmani hingga 1924.  Selain kaya akan sejarah, Iran juga kaya akan hasil alam dan minyak yang menjadi sumber energi utama di bumi.  Ketika AS baru saja tiga dekade merasakan manisnya menjadi negara adidaya pasca keruntuhan peradaban Islam yang bertahan lebih dari seribu tahun itu, kemunculan Negara Republik Islam Iran langsung menjadi mimpi buruk. Penduduk Iran mayoritas muslim dan merupakan penganut mazhab syiah terbesar di dunia.

Sebelum 1979, isyu syiah hanyalah konflik receh dalam masyarakat bawah, syiah hanyalah salah satu mazhab fiqh (mazhab hukum Islam) dari banyak mazhab lainnya dalam Islam.  Perbedaan fiqh dipandang sebagai rahmat bagi umat karena memberikan alternatif solusi dalam permasalahan keagamaan sehari-hari. Adapun syiah menjadi konflik adalah ketika beberapa tokoh politik membenturkannya dengan mazhab sunni. Pada tahun 632, syiah bukanlah sebuah mazhab agama, melainkan hanya nama kelompok.  Syiatu Ali (Syiah Ali) berarti kelompok pendukung Ali, Syiatu Aisyah (Syiah Aisyah) berarti pendukung Aisyah, dst. Pada tahun itu Rasulullah Saw wafat dan muncul kelompok-kelompok politik yang mengusung calon pengganti nabi sebagai khalifah, masyarakat Islam di Madinah terpecah menjadi 3 kelompok besar, yaitu kelompok Aisyah binti Abu Bakar, kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan, dan kelompok Ali bin Abi Thalib. Saat ini, sebutan syiah dinisbatkan hanya pada kelompok fanatik Ali bin Abi Thalib. Syiah yang pada tahun 632 hanya kelompok politik, kini berubah menjadi mazhab fiqh Islam.

Konflik kuno yang tadinya hanya recehan, sejak 1979 diolah sedemikian rupa oleh AS menjadi komoditi politik global yang bertujuan mengisolasi Iran dari negara-negara berpenduduk muslim di dunia. Propaganda AS berupaya agar penduduk muslim Iran yang syiah harus dicap kafir oleh muslim sunni di seluruh dunia yang merupakan mazhab mayoritas.

Konflik syiah-sunni setelah 1979  muncul di beberapa negara yang identik dengan Islam, terutama Irak, Suriah, Yaman, dan Indonesia.  Di Irak terjadi perang saudara sunni-syiah pada 2006—2008, 2013—2017, dan 2021.  Di Syiria/Suriah pada 2011 AS menciptakan ISIS  yang seolah-olah bagian dari Islam Sunni untuk mengelabui umat Islam yang mengakibatkan perang sunni yang didukung AS dan syiah yang pro pemerintah, kehancuran fisik luar biasa, dan sukses menebar kebencian anti syiah ke negara muslim lainnya. Di Yaman terjadi perang saudara kelompok syiah (Houti) dan kelompok sunni yang didukung AS pada 2014—2022.  Di Indonesia masyarakat yang termakan tipuan ISIS mengambil sikap kontra pemerintah dan menyulut kebencian pada sesame muslim terkhusus pada mazhab syiah yang menimbulkan korban jiwa di Sampang Madura pada 2012.

Sikap AS plus Israel yang anti Iran dapat dipahami karena Iran yang Islam adalah raksasa yang mengancam "tatanan dunia baru" gaya hidup dan sistem ekonomi kapitalisme yang memakmurkan barat. Di tahun 2025 mungkin akan semakin jelas bahwa fokus utama geopolitik bukan pada Rusia, Cina, dan Korea Utara, tapi IRAN yang Syi'ah.

Penulis HamdanA Batarawangsa 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.