Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

09 Maret 2010

MEMORI JAKARTA TAHUN 1990-AN : Jalan-jalan Sekitar Bungur Besar, sawah Besar, dan Senen


Dulu saya tinggal di Gang Kadiman, Bungur Besar, wilayah Kemayoran Jakarta Pusat. Enaknya tinggal di Jakarta Pusat tahun 1990-an, khususnya di daerah lama saya, adalah kemudahan akses ke pusat-pusat niaga, perkantoran, rekreasi, dan lain-lain. Dari tempat tinggal saya di Bungur Besar ke Lapangan Banteng, Istiqlal, Pasar Baru, Senen, Gambir, bahkan Monas, bisa ditempuh dengan berjalan kaki bagi penghobi jalan santai seperti saya. Jangan kuatir panas, karena sepanjang sisi trotoar telah ditanam pohon-pohon besar yang meneduhkan dan menyejukkan. Dari literatur, saya mengetahui, pohon-pohon besar pinggir jalan itu berfungsi pula menghisap debu dan logam berat dari kendaraan bermotor.

Jika ingin ke Monas, tinggal menuju arah barat, bisa ditempuh dengan menyusur Jalan Gunung Sahari III atau IV (di Jalan Gunung Sahari III dulu ada kantor majalah pertanian Trubus). Kemudian ke Jalan Budi Utomo atau Jalan Dr. Wahidin, dengan menyebrangi Jalan Gunung Sahari Raya.

Sampai di sini, kita telah tiba di bagian belakang Departemen Keuangan RI yang masuk wilayah Kecamatan Sawah Besar (Depkeu RI; di jaman Belanda disebut Istana Weltevreden dimana Deandels dan Raffles pernah berkantor di sana). Di sisi kanan Depkeu RI ada kantor Kas DKI, SMA Negeri 1, STM Negeri 1, STM Negeri 5, dan STM 4 PGRI (dulu SMA Negeri 5 pun ada di sini), dan di paling ujung ada kantor Kimia Farma. Sedangkan di sisi kiri Depkeu dulu ada bekas Balai Pustaka (BP). Tahun 1980-an BP belum dipindahkan ke Jalan Gunung Sahari Raya, setiap Minggu saya biasa meminjam buku koleksi perpustakaan di BP itu.

Menyusur Jalan Budi Utomo atau Jalan Dr. Wahidin, berujung di Lapangan Banteng. Di jaman Bung Karno, Lapangan Banteng adalah bagian dari Lapangan Ikada yang membentang luas hingga Jalan Merdeka Barat. Lapangan Banteng itu hanya sekitar 100 meter dari sekolah saya dulu. Jika ada waktu luang, sepulang sekolah saya suka mampir ke sana, mengunjungi Kantor Pos Ibukota, atau melihat-lihat pameran Flona (Flora – Fauna) yang kerap diadakan. Pengunjung pameran bukan hanya masyarakat umum Ibu Kota, ada juga yang dari luar daerah, bahkan turis mancanegara. Maklum, lokasi pameran persis di depan Hotel Borobudur, hotel kelas wahid di Negara kita. Mengunjungi pameran Flona menjadi favorit saya. Sayang, selulus SMA saya melanjutkan studi ke daerah, namun masih sempat sekali-dua kali saat liburan kuliah mengunjungi favorit saya itu.

Di sekitar Lapangan Banteng ada beberapa tempat penting selain Depkeu, Hotel Borobudur, dan Kantor Pos Ibu Kota. Yakni Departemen Agama RI dan Gereja Katedral peninggalan Belanda yang di bagian belakangnya terdapat sekolah khusus putri, Santa Ursula. Dan tepat di depan Katedral, berdiri dengan megah masjid kebanggaan rakyat Indonesia, Masjid Istiqlal.

Jika saya ingin melihat aksi seniman-seniman lukis, bursa filatelli, mengunjungi toko buku, atau sekedar kuci mata, dari Lapangan Banteng tinggal mengarah ke utara, menyusur Jalan POS, melewati Gedung Kesenian. Ya, saya menuju ke Pasar Baru, salah satu pasar tertua di Jakarta. Jika masih ada tenaga bisa terus ke utara lagi… ke Mall Mangga Dua.

Tak kalah menariknya jika dari Lapangan Banteng ke arah selatan, menyusur sebelah kiri atau kanan Hotel Borobudur. Tapi lebih asyik melewati yang kanan. Selain teduh, trotoarnya lebar dan bersih. Jika terus ke selatan akan menuju Jalan Raden Saleh, melewati STOVIA dan tembus di Kwitang, wilayah Kecamatan Senen.

Di Kwitang ada banyak penjual buku. Anda tinggal sebut judul dan penerbitnya, pasti ada ! Pasar buku di Kwitang sudah ada sejak jaman Belanda. Beberapa nama besar yang biasa mengunjungi pasar buku Kwitang tempo dulu diantaranya Bung Karno, Bung Hatta, Haji Agus Salim, dan Adam Malik. Beberapa waktu yang lalu saya mampir ke Kwitang. Sayang, kini penjual buku tak seramai dulu, sudah agak sepi. Ada satu lagi yang menarik di kwitang. Jika datang pada hari Minggu pagi, agak sedikit lagi ke selatan, ada pengajian yang diasuh Habib Abdurrahman al Habsy, anak Habib Ali al Habsy. Pengajian Habib Abdurrahman al Habsy dikunjungi oleh ribuan orang, bukan hanya dari sekitar Jakarta, ada juga yang datang langsung dari Malaysia !

Selain ke arah utara dan selatan, tak kalah menariknya dari lapangan Banteng mengarah ke barat. Monas ada di arah ini. Dulu, kalau hari Minggu, saya sering juga jogging atau sekedar berjalan santai ke lapangan Monas ini. Menuju Monas bisa melewati jalur Pejambon ke arah Stasiun Gambir, melewati Bappenas. Atau lewat Jalan Perwira menuju Pertamina Pusat, melewati SMP Negeri 4 (sebelumnya SMP Negeri 7 pun ada di sini).

Nah, di belakang SMP Negeri 4 itu dulu ada rumah kuno, kata orang tua, rumah itu dulu ditempati Nyai Dasima, tokoh tempo doeloe yang menjadi legenda masyarakat Betawi …

Hasil Terjemahan Google :



JAKARTA geheugen van het jaar 1990: Wandelen rond Lagerstroemia Big, Big velden en Senen

Ik woonde vroeger in de Gang Kadiman, Lagerstroemia Besar, Centraal-Jakarta Kemayoran gebied. Yummy verblijf in het centrum van Jakarta in de jaren 1990, vooral in mijn oude wijk, is een gemakkelijke toegang tot winkelcentra, kantoren, recreatie, en anderen. Van waar ik woon in de Grote Lagerstroemia Banteng Square, Istiqlal, Nieuwe Markt, Senen, Gambir, zelfs een monument, kan worden bereikt door te wandelen voor de hobbyist als ik ontspannen manier. Maak je geen zorgen over de warmte, omdat de trottoirs zijn geplant langs de kanten van de grote bomen die schaduw en laat afkoelen. Uit de literatuur, ik weet het, de grote bomen die de weg dient ook te zuigen het stof en zware metalen uit motorvoertuigen.

Als u wilt Monas, het verblijf in de richting van het westen, kan worden bereikt door de weg langs de Gunung Sahari III of IV (op Jalan Gunung Sahari III had geen kantoor Trubus agrarische tijdschriften). Dan naar Jalan Jalan Budi Utomo of Dr Wahidin, door kruising van Jalan Gunung Raya Sahari.

Tot hier, zijn we aangekomen aan de achterzijde van het ministerie van Financiën die in Sawah Besar District (MOF RI; in het Nederlands Times noemde Weltevreden Paleis, waar Deandels en Raffles had er een kantoor). Aan de rechterkant is er MOF kas Jakarta, SMA Negeri 1, STM Negeri 1, STM Negeri 5, 4 en STM PGRI (voorheen waren er vijf middelbare scholen hier), en aan het eind is er een kantoor van Kimia Farma. Terwijl aan de linkerkant er vroeger een voormalige ministerie van Financiën Balai Pustaka (BP). 1980, heeft BP niet verplaatst naar de Jalan Gunung Raya Sahari, elke zondag gebruikte ik om boeken te lenen in bibliotheek BP collecties.

Going Jalan Jalan Budi Utomo of dr. Wahidin, monden in de Field Bull. In de dagen van Bung Karno, Banteng plein maakt deel uit van een breed veld dat zich uitstrekt tot Ikada Jalan Merdeka Barat. Buffalo Field was slechts ongeveer 100 meter van mijn school eerst. Als er vrije tijd na school Ik hou stoppen, bezoek aan de hoofdstad postkantoor, of aan de tentoonstelling Flona (Flora - Fauna), die vaak gevoerd. Bezoekers niet alleen publieke tentoonstelling van de hoofdstad, zijn er ook mensen van buiten de streek, zelfs buitenlandse toeristen. Begrijpelijk, de tentoonstelling locatie recht tegenover het Hotel Borobudur, eersteklas hotels in ons land. Een bezoek aan de tentoonstelling Flona mijn favoriet. Helaas, mijn middelbare school blijven selulus haar studies in het gebied, maar nog steeds een of twee keer geslaagd tijdens de schoolvakanties naar mijn favoriete bezoeken.

Buffalo veld rond zijn er enkele belangrijke andere plaatsen dan het ministerie van Financiën, Hotel Borobudur, en de hoofdstad Post Office. Namelijk het ministerie van Religieuze Zaken en de Kathedraal van het Nederlands erfgoed in de achterzijde is er school voor meisjes, Santa Ursula. En recht tegenover de kathedraal, staande met prachtige moskeeën en de trots van het volk van Indonesië, de Istiqlal Moskee.

Als ik wil action painting kunstenaars, filatelli uitwisselingen, een bezoek aan een boekhandel, of gewoon kuci ogen te zien, live vanuit het veld Bull naar het noorden, langs de weg POS, langs de Art Building. Ja, ik ging naar New Market, een van de oudste markten in Jakarta. Indien nog steeds geen stroom kan het noorden gaat weer naar boven ... naar de Mangga Dua Mall.

Niet minder interessant zijn als de Banteng Square in het zuiden, langs de linker-of rechterkant van het Hotel Borobudur. Maar nog beter door de rechterkant. In aanvulling op schaduwrijke, brede trottoirs en schoon. Als je door blijven gaan in zuidelijke richting naar Jalan Raden Saleh, verleden en doorschijnend Stovia in Kwitang, Senen wijk.

In Kwitang zijn er veel verkopers van boeken. Je hoeft alleen bellen met de titel en de uitgever, moet er worden! Boek markt in Kwitang al sinds de Nederlandse tijd. Enkele grote namen die worden gebruikt om het verleden Kwitang boekenmarkt bezoeken, zoals Bung Karno, Bung Hatta, Agus Salim, en Adam Malik. Enige tijd geleden ben ik gestopt door de Kwitang. Helaas, nu niet zo druk als boekverkopers eerste, was vrij rustig. Er is nog een interessant Kwitang. Als je op zondag ochtend, een beetje meer naar het zuiden, zijn er een verhoogd voeren Habib Abdurrahman al Habsy, Habib Ali al Habsy kind. Pengajian Habib Abdurrahman Habsy al bezocht door duizenden mensen, niet alleen uit de hele Jakarta, zijn er ook die rechtstreeks komen uit Maleisië!

In aanvulling op het noorden en het zuiden, niet minder interessant om eens vanuit het gebied naar het westen Bull. Monas is in deze richting. Terug dan, als de dag zondag, Ik ga vaak joggen of gewoon ontspannen op het veld dit monument. Monas kan passeren het pad in de richting Pejambon Gambir, die door Bappenas. Of door Pertamina Way Officer aan het centrum, langs de vier SMP (Junior High School 7 is eerder hier).

Nou, achter de Junior High School, dat er sprake was van vier oude huizen, zei de oude, het huis werd voor het eerst bewoond door Nyai Dasima, een personage die werd een legende door doeloe Batavia mensen ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.