Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

12 Juni 2009

Hebat, Aksi Butet di Deklarasi Pemilu Damai 2009



Kemarin malam, tiga pasangan capres dan cawapres (Mega-Prabowo, SBY-Budiyono, JK-Wiranto) dikumpulkan KPU untuk mendeklarasikan pemilu damai. Acara deklarasi menjadi lebih semarak ketiga suguhan atraksi seni salah satu calon menampilkan aksi monolog seniman Butet Kartaredjasa. Bagaimana tidak, pada aksi itu Butet menyampaikan sindiran keras kepada semua hadirin, terutama pada SBY yang notabene masih presiden RI.

Materi monolog Butet diklaim pihak SBY-Budiyono adalah pesanan yang sengaja dipersiapkan untuk 'menyerang' pasangan SBY-Budiono (SBY Berbudi). SBY Berbudi merasa kecolongan, dan keberatan dengan aksi monolog tersebut karena dianggap bertentangan dengan semangat deklarasai damai yang disponsori KPU.

Sebaliknya, pihak penyuguh (Mega-Prabowo) menganggap materi monolog Butet biasa-biasa saja. Pendapat ini didukung oleh pihak calon lainnya (JK-Wiranto).

Renungan

Mewujudkan pemilu damai adalah niat yang amat mulia. Namun niat mulia tentu butuh aplikasi. Aksi monolog Butet yang tidak membuat nyaman pihak SBY Berbudi anggap saja sebagai ujian awal seberapa jauh ketahanan niat mewujudkan niat damai tersebut. Sungguh, kasus Butet hanya kerikil kecil. Dari perspektif rakyat jelata (apalagi perspektifnya korban Lapindo) justru penampilan Butet menjadi jauh lebih penting dari acara sebenarnya. Pada momen tersebut, tidak semua mata melihat SBY sebagai capres, sebagian besar justru melihatnya jelas-jelas sebagai presiden. Bagi presiden, bukankah mendengarkan keluhan rakyat adalah prioritas utama, kapanpun, dimanapun ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.