Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

19 Juli 2009

Masjid Milik Siapa ?

Pada suatu hari seorang guru sekolah menengah memerintahkan para siswanya untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah di sebuah masjid megah yang terletak tak jauh dari sekolah. Turut bersama mereka para guru yang lain. Shalat berjamaah di masjid umum ternyata sudah menjadi program sekolah yang bertujuan tidak hanya memakmurkan masjid, namun juga membiasakan para siswa bergaul dan bersosialisasi dengan warga, khususnya warga di sekitar sekolah. Selain itu, bertujuan pula menyadarkan siswa bahwa pada usia remaja mereka, mereka bukan lagi anak kecil 'tak berdosa' yang masih mendapat dispensasi dalam segala hal dalam agama, sehingga diharapkan menimbulkan rasa tanggung jawab di kalangan siswa atas diri nya sendiri.

Sesampai di masjid yang cukup megah itu, ditemui shalat ashar telah berlangsung namun dengan jamaah yang hanya satu orang. Maka dengan segera Pak Guru memerintahkan para siswanya untuk segera bergabung ke dalam jamaah shalat ashar sore itu.

Namun tiba-tiba terjadi peristiwa yang membuat semua jamaah siswa dan para Guru terhenyak. Tatkala shalat ashar gelombang pertama itu selesai, tiba-tiba orang yang tadi mengimami menyuruh seluruh siswa berpindah tempat shalat ke bagian lain masjid ! Sontak seketika barisan siswa masbuk yang sedang khusyuk menyelesaikan rakaat shalatnyanya bubar tak karuan !

Tentu tindakan ini menuai protes. Apa alasan pemindahan tersebut ? Orang yang tadi menjadi imam ternyata adalah salah seorang pengurus masjid, ia memberi alasan bahwa tempat yang telah disediakan untuk pelajar adalah di lantai atas, bukan di lantai utama. Allahu Akbar !

Ada banyak alasan ketidaksetujuan pemindahan itu. Diantaranya, para siswa adalah muslim yang telah diwajibkan shalat karena telah mengalami 'akil balig' sehingga memiliki kewajiban yang sama di mata Allah, Allah tidak memandang mereka pelajar atau bukan. Karena kewajiban yang sama, maka mereka tentu memiliki hak yang sama pula dengan kaum muslimin yang lain, termasuk untuk menunaikan shalat di lantai utama.

Memang saya akui, shalat di lantai utama jauh lebih nyaman. Karpetnya jenis karpet yang mahal, sangat bersih, dan mampu menghadirkan suasana teduh. Berbeda dengan situasi dan kondisi di lantai atas, lantainya tak berkarpet sehingga sedikit banyak terdapat debu yang bisa saja mengotori pakaian. Selain itu udaranya lebih panas daripada di bawah.

Bagaimanapun, kisah di atas telah dan pernah terjadi di alam nyata. Bagaimana pendapat para pembaca ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.