Kemarin pagi teror bom kembali terjadi di Marriot dan RC yang terletak di kawasan Kuningan, Jakarta.  Tidak lama kemudian Presiden SBY melakukan jumpa pers sehubungan dengan peristiwa tersebut.  Sudah sewajarnya jika Presiden langsung memberikan sepatah-duapatah kata pasca peristiwa besar yang terjadi Jumat pagi itu.
Pada jumpa pers tersebut Presiden mengungkap data intelijen. Sayangnya, data intelijen tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan peristiwa bom di Marriot dan RC yang menjadi tema pembicaraan, melainkan tentang temuan seputar pemilu, misalnya rencana demo penolakan hasil pemilu, rencana pendudukan KPU, dan sebuah kegiatan latihan tembak yang tidak jelas tujuannya.
Menanggapi ucapan SBY, telah terjadi pro-kontra. Menurut Fadli Zon, data intelijen yang dikemukakan Presiden jelas tidak berhubungan dengan peristiwa teror bom yang telah terjadi. Hal ini diperkuat dengan penjelasan mantan Ketua BIN, Hendro Priyono, yang mengatakan bahwa data intelijen BIN digunakan untuk upaya pencegahan (preventif). Sehingga, pengungkapan data intelijen setelah sebuah peristiwa terjadi menjadi tidak terlalu berguna lagi.
Mengapa SBY hanya menyampaikan data intelijen seputar rencana 'rusuh pemilu' dan latihan tembak yang tidak berhubungan sama sekali dengan pokok peristiwa pemboman Marriot-RC ? Lalu mana data intelijen yang mengarah langsung pada upaya pemboman?
Keterangan SBY di depan pers yang diliput oleh berbagai media menimbulkan banyak tanda tanya seperti yang banyak diulas di media. Apakah aparat terlalu fokus pada pemilu sehingga lengah dan terjadi teror bom lagi ? Mengapa SBY mengungkapkan data intelijen yang tidak berhubungan dengan peristiwa teror bom ?
Setidaknya menurut perspektif kubu Megawati dan Prabowo, Juli berdarah Marriot-RC dipolitisasi ?
Pada jumpa pers tersebut Presiden mengungkap data intelijen. Sayangnya, data intelijen tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan peristiwa bom di Marriot dan RC yang menjadi tema pembicaraan, melainkan tentang temuan seputar pemilu, misalnya rencana demo penolakan hasil pemilu, rencana pendudukan KPU, dan sebuah kegiatan latihan tembak yang tidak jelas tujuannya.
Menanggapi ucapan SBY, telah terjadi pro-kontra. Menurut Fadli Zon, data intelijen yang dikemukakan Presiden jelas tidak berhubungan dengan peristiwa teror bom yang telah terjadi. Hal ini diperkuat dengan penjelasan mantan Ketua BIN, Hendro Priyono, yang mengatakan bahwa data intelijen BIN digunakan untuk upaya pencegahan (preventif). Sehingga, pengungkapan data intelijen setelah sebuah peristiwa terjadi menjadi tidak terlalu berguna lagi.
Mengapa SBY hanya menyampaikan data intelijen seputar rencana 'rusuh pemilu' dan latihan tembak yang tidak berhubungan sama sekali dengan pokok peristiwa pemboman Marriot-RC ? Lalu mana data intelijen yang mengarah langsung pada upaya pemboman?
Keterangan SBY di depan pers yang diliput oleh berbagai media menimbulkan banyak tanda tanya seperti yang banyak diulas di media. Apakah aparat terlalu fokus pada pemilu sehingga lengah dan terjadi teror bom lagi ? Mengapa SBY mengungkapkan data intelijen yang tidak berhubungan dengan peristiwa teror bom ?
Setidaknya menurut perspektif kubu Megawati dan Prabowo, Juli berdarah Marriot-RC dipolitisasi ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.