Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

27 September 2009

SEJARAH KELUARGA

Sejarah keluarga atau  "cerita keluarga" urgensinya sering tidak terpikirkan oleh setiap keluarga. Pentingnya setiap keluarga memiliki catatan yang disebut "sejarah keluarga", berangkat dari kenyataan bahwa banyak klan-klan kuno semakin jaya dalam segala hal dari masa ke masa, yang salah satu sebab utamanya adalah mereka secara konsisten menuliskan keunggulan-keunggulan keluarganya sehingga memunculkan motivasi dan hasrat untuk berprestasi. 

Betapa banyak orang-orang besar yang muncul dari keluarga yang bangga dengan sejarah keluarganya. Mengutip David Mac Clelland dalam buku karya Jalaluddin Rakhmat—Catatan Kang Jalal : Visi Media, Politik, dan Pendidikan (1997)—bahwasanya ada hubungan antara rasa bangga dengan hasrat berprestasi. Rasa bangga positif dapat dikembangkan dari dasar sejarah yang baik. Oleh karena itu, hal-hal baik memang perlu dipublikasikan untuk membangun citra diri (self image) dan harga diri positif (self esteem). Sebaliknya, informasi negatif yang tidak produktif harus dipendam dalam-dalam.

Mempublikasikan hal baik dan memendam hal buruk—yang tidak produktif jika dibicarakan—bukan hanya harus diterapkan untuk kepentingan keluarga, namun juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat, kepada siapapun. Sebagaimana sifat Allah yang selalu menonjolkan keindahan dan menyembunyikan yang buruk, subhana man azhharal jamil wa sataral qabih.

Perlu pula diketahui bahwa fakta yang tidak tertulis lambat laun akan menjadi dongeng (mitologi) yang sukar dipertanggung jawabkan kebenarannya, demikian pula sebaliknya.

Pada banyak kesempatan saya seringkali berpesan kepada siswa-siswa saya untuk memulai menulis keunggulan-keunggulan keluarga masing-masing. Bahkan pernah pula saya meyakinkan beberapa orang tua siswa betapa pentingnya setiap keluarga memiliki catatan yang berisi hal-hal yang dapat diteladani oleh generasi di bawahnya.

Bukankah setiap orang menginginkan kebaikan, kemuliaan, dan keselamatan bagi anak-anaknya? Bukankah untuk itu setiap orang tua harus seringkali memberi nasehat atau berwasiat mengutarakan keinginan hatinya? Sayangnya betapa banyak orang tua yang baru berwasiat justru ketika ajal menjelang menjemput sehingga bukan saja tidak jelas apa pesan penting yang hendak disampaikannya itu, namun banyak pula yang gagal mengucapkan satu patah kata pun.

Apakah tidak lebih baik setiap nasehat dan wasiat itu ditulis, agar berkali-kali bisa dibaca kembali, sehingga tidak mudah terlupakan atau lekang dimakan waktu ?

Berikut ini simak dan hayatilah semangat yang terkandung pada potongan wasiat Badden Powell, Bapak Pandu sedunia, semoga kita dapat meneladani apa yang dicontohkannya:

Jika kamu pernah melihat sandiwara Peter Pan, kamu akan ingat, mengapa pemimpin bajak laut selalu membuat pesan-pesan sebelum meninggal. Itu karena ia takut kalau-kalau tak sempat lagi mengeluarkan isi hatinya jika saat ajalnya telah tiba. Demikianlah halnya diriku, meski saat ini waktu ajal itu belum tiba, namun kelak akan datang jua. Oleh karena itu, aku ingin menyanpaikan pesan kepadamu sekedar kata perpisahan untuk berpamitan …


Penulis :  
Hamdan A Batarawangsa









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.