Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

07 September 2009

Emansipasi Wanita: Jenis Perbudakan Baru ?

Oleh :
Jalaluddin Rakhmat

Emansipasi seharusnya membebaskan wanita dari perbudakan dan bukan malah menjerumuskan pada perbudakan baru. Pada masyarakat kapitalis, wanita telah menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Mereka dijadikan sumber tenaga kerja yang murah atau eksploitasi untuk menjual barang. Beberapa jenis industri mutakhir seperti mode, kosmetik, dan hiburan, hamper sepenuhnya memanfaatkan wanita. Pendidikan dan media menampilkan citra wanita yang penuh glamour – sensual dan fisikal. Pada masyarakat yang bebas, wanita didik untuk melepaskan segala ikatan normative kecuali kepentingan industri. Tubuh mereka dipertunjukkan untuk menarik selera konsumen. Mobil mewah tidaklengkap tanpa perempuan setengah telanjang tidur di atasnya, Kopi tidak enak jika tidak disajikan oleh perempuan belia yang seronok, rokok baru memuaskan jika diselipkan di sela bibir yang menantang.

Ketika wanita mulai memberontak peran yang diberikan oleh masyarakat industri, segera dituduh kolot. Ketika wanita berjilbab berbaris panjang di London dan Paris, masyarakat barat tercengang. Pemakaian jilbab bukan saja lambing kesucian, tapi juga mencerminkan penolakan terhadap peran wanita yang mengorbankan kewanitaannya di altar laba.

Kehadiran wanita di pasaran kerja, kegiatan mereka di pabrik-pabrik, perlombaan mereka mengejar karier, telah mengacaukan peran wanita. Kegelisahan wanita sekarang terjadi karena kekacauan peran (role confusion). Citra wanita yang menjadi rujukan (frame of reference) tumpang tindih. Ibunya mengajarkan untuk berkhidmat kepada suami, desakan ekonomi menuntutnya bekerja di samping lelaki yang bukan keluarganya. Anaknya meminta kehadiran ibu untuk menentramkan hatinya dan mendidiknya cara hidup yang baik. Persaingan karier mmaksanya untuk meninggalkan anak-anak bersama pembantunya.

Wanita sebenarnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga, antara karier dan anak-anaknya. Yang mereka hadapi adalah krisis identitas. Mereka memerlukan acuan untuk mendefinisikan peran mereka !

(Petikan dari artikel berjudul Sosok Ideal Wanita Muslimah; telah disunting agar lebih ringkas).
_______



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.