Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

25 September 2024

MULTIKULTUR BETAWI DEPOK-INDONESIA

Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda namun tetap bersatu.  Perbedaan itu meliputi perbedaan sosial seperti jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan latar belakang agama; dan perbedaan budaya seperti suku, etnis, bahasa, makanan khas, bentuk rumah adat, pakaian, tarian, dan alat musik daerah. Pada tanggal 28 Oktober 1928 seluruh pemuda dari Indonesia berkumpul di Jakarta dan mengucapkan sumpah sebagai satu bangsa dan satu tanah air, serta menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia (Sumpah Pemuda).

Depok adalah salah satu kota di Indonesia yang secara administratif termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat yang bercorak Sunda, namun secara kultural (sosial-budaya) lebih bercorak Betawi. Seperti halnya Indonesia pada umumnya, Depok yang bercorak Betawi pun memiliki keberagaman sosial-budaya (multikultur). Keberagaman sosial budaya di Depok meliputi agama, suku, ras, status sosial, busana, tata krama, profesi, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga, dan lain-lain. Meski masyarakat Depok sangat heterogen, toleransi dalam masyarakat sangat tinggi. Populasi muslim Depok 90% lebih namun bisa dijumpai banyak gereja dan klenteng. Menelisik multikultural di Depok tidak lepas dari kultur dan spirit Betawi.

Betawi pada awalnya adalah nama daerah di sekitar Pelabuhan Kalapa, suatu kawasan niaga tua. Sejak dahulu pedagang dan musafir dari berbagai wilayah singgah dan sebagian menetap di Betawi. Masyarakat Betawi memiliki toleransi yang tinggi terhadap masyarakat pendatang dari berbagai daerah itu.  Meutia Hatta dalam makalah ilmiahnya tahun 1996 menulis bahwa suku Betawi hidup berdampingan dengan harmonis dengan penduduk pendatang dari Bugis, Jawa, Banten, Madura, Bali, Ambon, dan lain-lain. Meutia menulis pula bahwa orang Betawi bersikap dewasa dalam menyikapi perubahan, yaitu tidak memusuhi, dan selalu membaur.  Syuaib pada tahun 1996 melaporkan hasil penelitian pula bahwa 73% orang Betawi melakukan perkawinan antar ernik/antar suku. Orang Betawi juga memiliki sikap egaliter (menganggap semua orang sederajat), nampak dari kebebasan berbahasa  dan kebebasan berekspresi, namun tetap patuh dan hormat kepada orang tua.  

Alun-alun Barat Depok

Keberagaman di Depok sebetulnya adalah miniatur keberagaman nasional Indonesia. 

KEBERAGAMAN INDONESIA

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa.  Sesuai semboyang Bhineka Tunggal Ika, maka meskipun memiliki keragaman budaya, Indonesia tetap satu.
Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah akan terus mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia yang lebih baik.

Bentuk keberagaman di Indonesia
Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi sumber daya alam maupun keberagamannya. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari keberagaman suku, keberagaman agama, keberagaman ras, dan juga keberagaman anggota golongan.

Keberagaman Suku
Indonesia adalah negara kepulauan. Dari geografis yang berbeda-beda tersebut, Indonesia memiliki banyak sekali suku. Suku bangsa atau yang disebut juga etnik dapat diartikan sebagai pengelompokan atau penggolongan orang-orang yang memiliki satu keturunan. Selain itu, kelompok suku bangsa ditandai dengan adanya kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis yang dimiliki.
Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku, lebih tepatnya 1.340 suku bangsa. 

Keberagaman Agama
Indonesia adalah negara yang religius (beragama). Hal itu dibuktikan dalam sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin dalam UUD Negara RI pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Di Indonesia ada enam agama yang diakui oleh negara. Agama-agama yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga Konghucu. Keenam agama harus hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi antarumat beragama.
Keberagaman Ras
Ras merupakan klasifikasi (pengelompokan)  untuk mengenal manusia melalui ciri  fisik dan asal usul daerahnya. Asal mula keberagaman ras di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti singgahnya bangsa asing yang kemudian menetap di suatu daerah di Indonesia dan dan kondisi alam (geografis). 
Ada beberapa ras yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Ras Melayu yang berada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ras Melanesoid mendiami wilayah Papua, Maluku, dan juga Nusa Tenggara Timur.  Ras Mongoloid yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ras Kaukasoid, yaitu orang-orang Australia, Eropa, dan Amerika. Ras Semit yaitu orang-orang dari jazirah Arab.

Keberagaman Golongan
Dalam masyarakat multikultural (multi = banyak; kultural = sosial budaya), keberagaman golongan bisa terjadi misalnya karena status sosial, pendidikan, jabatan, profesi atau pekerjaan, dan perbedaan pendapat.  Perbedaan pendapat dapat mengakibatkan perpecahan jika banyak yang merasa golongannya paling benar sehingga merendahkan anggota golongan lainnya. 

Toleransi dalam Keberagaman
Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia rentan terpecah-belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan di masyarakat bisa memicu konflik yang menimbulkan kerugian banyak pihak. Oleh karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan di masyarakat. Sifat toleransi haruslah ditanamkan sejak dini supaya bisa menerima perbedaan yang ada.
Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada tetangga melakukan ibadahnya, tolong-menolong antarwarga ketika melaksanakan hari raya, dan tidak membeda-bedakan tetangga, dan menghargai perbedaan budaya yang ada.
Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.