(Bagian 1: Eksistensialisme)
Tidak perlu bertanya Tuhan itu ada atau tiada.
Jika memang ada,
keberadaanNya tidak mungkin ditiadakan.
Lagi pula mengapa harus
bertanya keberadaanNya,
apa pentingnya berTuhan,
apakah sekedar ingin
menghamba,
ingin masuk surga, 
takut neraka ?
Yang Ada tidak mungkin
ditiadakan.
Jika Ia tidak terjangkau
mata rabunmu,
tidak terjangkau pikiran
sederhanamu,
bukan berarti Yang Tak
Terjangkau itu tiada.
Kadang hidup
mengharuskan manusia menjadi Pramuka 
meski hanya sebentar
saja,
mencari jejakNya,
mengenali tanda-tandaNya  
semampu jangkauan mata
rabun yang disebut empirisme 
dan semampu jangkauan pikiran
sederhana yang disebut ilmiah-rasionalisme.
Jika Tuhan itu ada,
jejak dan tanda-tandaNya pastilah luar biasa
bukan jejak biasa bukan tanda-tanda biasa.
Bodohnya si Bodoh selama ini, 
ingin melihat langsung
dan menalar Yang Maha Besar 
melalui
instrumen-instrumen yang maha kecil,
berpikir tapi salah
berpikir,
berfilsafat untuk esensi
yang jauh diluar ranah filsafat.
Tapi ego manusia yang ingin dipuji kehebatannya,
kerja keras dan kontribusinya,
menyebabkan segalanya berhenti pada euforia,
pesta, penghargaan, pengakuan
dari temuan jejak-jejak yang luar biasa,
tidak lagi peduli jejak-jejak itu mengarah kemana,
apalagi sekedar bertanya milik siapa...
Bataragema, 2023
3

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.