Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

23 Februari 2010

LIA AMINUDIN DAN PENGHAPUSAN AGAMA



Agama baru tak boleh bersikap angkuh dengan menganulir ajaran agama sebelumnya yang telah menjadi keyakinan para pengikutnya sejak lama. Seperti halnya Lia yang tak boleh sewenang-wenang menghapus agama Islam, maka begitu juga ulama Islam tak boleh memvonis secara sepihak terhadap agama yang tumbuh sebelumnya. Injil tak bisa diadili dengan menggunakan Alquran, misalnya, karena konteks yang melatari kehadiran dua kitab suci itu jelas berbeda.

Lia Aminuddin mendirikan agama baru. Ia tak memulainya dari nol. Lia meracik agamanya dengan sejumlah ajaran dari agama lain. Sebagiannya diambilkan dari Alquran, dan sebagian yang lain dari Injil dan Taurat. Ia mengkompilasi Islam, Kristen, dan Yahudi dalam satu chapter. Ia pun menggunakan nama-nama mitis yang lazim dipakai agama-agama Timur Tengah tersebut seperti Jibril, Ruhul Kudus, Bunda Maria, Yesus Kristus, dan sebagainya. Ia bertutur, sejumlah ayat Alquran turun kembali ke haribaannya. Ia menyerap dan meratifikasi ayat-ayat dalam Injil. Dengan merujuk pada Alkitab surat Wahyu 12: 1 misalnya, Lia mengaku sebagai reinkarnasi Bunda Maria. Ia pun mengutip ayat dalam Veda dan dalam Dhammapada untuk mengukuhkan eksistensinya. Dalam periode ini, ia seakan hendak menegaskan bahwa apa yang dibawanya bukan sesuatu yang baru. Ia dan ajarannya merupakan kelanjutan logis dari ajaran para nabi dan pendiri agama sebelumnya.

Sampai di situ, Lia tak terlampau kontroversial. Karena hampir semua nabi terutama pada saat awal kehadirannya memiliki klaim sama. Yesus pernah berkata, “janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya”. (Perjanjian Baru, Matius 5: 17). Nabi Muhammad pernah diperintah mengikuti agama Ibrahim. Allah berfirman, “Kemudian Kami wahyukan kepadamu: ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dia tak termasuk orang-orang Musyrik”. (QS, al-Nahl [16]: 123). Itu sebabnya Muhammad SAW tak menganggap dirinya sebagai yang pertama. Allah berfirman, “katakanlah, “aku bukanlah yang pertama di antara rasul-rasul” (qul ma kuntu bid`an min al-rusul). (QS, al-Ahqaf [46]: 9). Ungkapan serupa juga dikemukakan Lia Aminuddin ketika pertama kali memperkenalkan kenabian dirinya ke publik.

Namun, dalam perkembangan berikutnya Lia mengajukan klaim lain. Ia tak mendaku sebagai nabi dan reinkarnasi Bunda Maria lagi. Lia menyebut dirinya Jibril Ruhul Kudus, malaikat yang dikenal karena kesabarannya bolak-balik mengantar wahyu Allah kepada para nabi dan rasul. Ia berkata, “aku, Ruhul Kudus pun telah sampai pula pada saatnya dapat menjelma menjadi manusia sempurna di tengah masyarakat. Aku selalu ada sebagaimana Lia Eden yang tak pernah berpisah denganku sesaatpun. ….Sebagaimana Lia Eden itu terfungsikan sebagai jasadku, karena pada dirinyalah berada ruhku yang mapan. ..Aku menjelma secara fisik dengan sempurna demi menyatakan Kerajaan Tuhan”. (Surat Ruhul Kudus 7-8). Bagi saya, pengakuan Lia ini bukan hanya tak biasa, melainkan juga tak punya preseden. Tak pernah ada orang yang mengaku sebagai (jelmaan) Jibril. Paling jauh orang-orang dalam rumpun agama semitik seperti Islam menganggap diri sebagai sufi, wali, nabi, dan imam mahdi. Tak lebih dari itu. Mengaku wali saja cukup kontroversial apalagi mengaku nabi dan penubuhan Jibril.

Sebagai Jibril Ruhul Kudus, telah dua tahun lalu Lia memaklumatkan penghapusan agama-agama. Ia berkata, “Aku bersumpah dengan terpaksa menghapuskan semua agama-agama demi mengadili dan demi membakukan Keadilan-Ku. Dan kuhapuskan semua agama-agama demi perdamaian dan kemudahan jalan menuju surga-Ku”. (Sumpah Tuhan Yang Maha Kuasa, 18). Ia juga berkata, “Dan apabila Aku sudah menghapus agama Islam setahun yang lalu, walau tak bergaung karena tak diberitakan sehingga tak menjadi perhatian umum, tapi itu telah terlaksana sebagai Ketetapan Hukum-Ku. Demikianlah Kuperlihatkan kenaasan nasib umat Islam sedunia setelahnya”. (Sumpah Tuhan Yang Maha Kuasa, 18). Pernyataannya tentang penghapusan Islam ini telah memantik pro dan kontra di kalangan umat Islam. Sejumlah ulama mengajukan keberatan. Mereka menganggap Lia dan jemaatnya telah melakukan penodaan agama sehingga pantas diadili.

Bagaimana penghapusan agama lama oleh agama baru ini? Apakah itu unik pada agama rintisan Lia? Pertama, agama baru biasanya menghapuskan sebagian ajaran agama lama dan menerima sebagian yang lain. Islam mengabrogasi sebagian syari`at agama Yahudi yang dipandang tak relevan. Tapi, juga menerima sebagian yang lain yang dinilai cocok dengan konteks zaman. Islam pernah menetapkan hukum rajam dan qishash sebagaimana Yahudi mengundangkannya. Karena itu, dalam ushul fikih disebutkan bahwa syari`at sebelum Islam (syar`u man qablana) merupakan salah satu sumber hukum Islam. Lia pun mengenal istilah pengakuan dan penebusan dosa sebagaimana kerap dilakukan umat Kristiani. Model penghapusan dan akomodasi parsial seperti ini telah banyak terjadi dan orang mudah memaklumi.

Kedua, agama baru selalu membawa semangat penyegaran dan peremajaan. Islam misalnya dianggap sebagai edisi revisi dari agama Tuhan yang diselewengkan (tahrif) dan dipalsukan oleh umat Kristiani dan Yahudi. Sebagian mufasir mengartikan orang-orang termurka (al-maghdlub `alaihim) dan tersesat (al-zhallin) dalam Alquran surat al-Fatihah sebagai orang Yahudi dan Nashrani. Kehadiran Islam diharapkan bisa memulihkan integritas agama yang hancur di tangan para pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Lia juga sama. Ia memandang umat Islam dan Kristiani Indonesia telah melanggar kodrat agama sebagai tangga menuju Tuhan. Islam telah menjadi tujuan padahal ia hanya sarana untuk mencapai Tuhan. Agama telah menjadi ajang konflik dan perebutan kekuasaan. Dengan argumen itu, Lia membakar “lumbung” dan bukan menjerat “tikus”.

Tindakan Lia ini mengejutkan. Tapi orang yang belajar teologi dan sejarah agama-agama tahu; sikap Lia terhadap agama sebelumnya ini agak mirip dengan sikap Kristen terhadap Yahudi serta sikap Islam terhadap Kristen dan Yahudi. Jika dahulu sebagian umat Yahudi dan Kristiani tersinggung dengan pandangan Islam yang hendak menaskh sebagian ajaran Yahudi dan Kristen, maka hal yang sama sekarang dialami sebagian ulama Islam. Mereka marah atas arogansi Lia Aminuddin yang tidak hanya menghapuskan sebagian ajaran Islam, melainkan justeru membubarkan agama Islam sendiri. Seperti otoritas Yahudi juga Romawi yang terguncang dengan kehadiran Yesus hingga ia disalibkan, maka ulama Islam Indonesia mulai geram dengan kehadiran Lia. Kemarahan orang Yahudi tak terkendalikan hingga menuduh Bunda Maria sebagai penzina dan Yesus adalah anak haram jadah. Kini kemarahan orang Islam tak tertahan hingga Lia Aminuddin nyaris dihakimi massa.

Melalui penjelasan itu, ingin saya katakan; Pertama, agama tidak melulu soal ajaran tapi juga soal keyakinan. Dengan demikian, agama baru tak boleh bersikap angkuh dengan menganulir ajaran agama sebelumnya yang telah menjadi keyakinan para pengikutnya sejak lama. Seperti halnya Lia yang tak boleh sewenang-wenang menghapus agama Islam, maka begitu juga ulama Islam tak boleh memvonis secara sepihak terhadap agama yang tumbuh sebelumnya. Injil tak bisa diadili dengan menggunakan Alquran, misalnya, karena konteks yang melatari kehadiran dua kitab suci itu jelas berbeda. Kedua, penghapusan agama lama oleh agama baru tak produktif bagi terciptanya tata kehidupan damai. Sikap seperti ini hanya akan memercikkan api perseteruan. Umat yang satu tak akan rela sekiranya agama yang diyakininya dengan sepenuh hati dievaluasi dan direndahkan begitu rupa oleh umat lain yang datang belakangan. Kolonialisasi agama seperti ini perlu segera diakhiri agar tak menimbulkan ketegangan antar-umat beragama.

Ketiga, khusus bagi umat Islam yang kini agamanya telah dihapuskan oleh Lia Aminuddin, kita tak perlu bertindak emosional. Umat Islam mesti menunjukkan bukan hanya kepada komunitas Lia Aminuddin di Jalan Mahoni No. 30 Jakarta Pusat, tapi juga kepada dunia perihal ajaran-ajaran dasar Islam yang masih relevan dan berguna buat sebesar-besarnya kemaslahatan manusia. Sebab, ketinggian dan martabat sebuah agama bukan hanya ditentukan oleh asal-usulnya yang diklaim dari langit, melainkan juga dari dampak kemalahatan yang ditimbulkannya ketika di bumi. Tak banyak gunanya ajaran agama yang dianggap dari Jibril ketika hanya berisi ancaman dan caci maki kepada yang lain.[] Sumber: islamlib.com/Abdul Moqsith Ghazali

21 Februari 2010

TIGA MANUSIA IDIOT YANG TERNYATA SUPER JENIUS




Thomas Alfa Edison dicap sebagai orang idiot, Albert Einstein adalah siswa yang bodoh dan nakal, Archimedes dikenal sebagai orang gila dan lain-lain. Hal tersebut salah satu contoh fenomena kesalahan persepsi terhadap perilaku anak dan mungkin bisa berakibat fatal bagi keberhasilan masa depannya. Bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, jika cap seperti itu akan menimpa anak-anak kita. Untuk itu, jangan merendahkan psikologi dan mental anak sebelum melihat kejayaan dimasa depannya seperti para ilmuwan dan fisikawan berikut:

1. Thomas Alfa Edison

Thomas Alfa Edison ilmuwan besar yang lahir 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat. Kecil-nya divonis gurunya sebagai siswa yang IDIOT, sehingga setelah 3 bulan sekolah ia di-drop out (DO) alias dikeluarkan dari sekolahnya. Beruntung, ibundanya melatihnya membaca dan berhitung, sehingga kecerdasan Edison kecil berkembang, bahkan menjadi pemikir terbesar sepanjang masa karena dapat menemukan 3000 jenis penemuan dengan salah satu penemuan terkenalnya “lampu listrik”.

Dalam salah satu biografinya disebutkan bahwa Edison berhasil menemukan lampu pijar setelah mengalami kegagalan 999 kali, artinya baru penelitian yang ke 1000 kali Edison menemukan lampu listrik. Sungguh keuletan yang luar biasa. Kalau saja Edison frustasi dan memberhentikan percobaan penelitiannya ketika mengalamai kegagalan yang ke 999 kali, entah seperti apa keadaan masa sekarang.

2. Albert Einstein

Albert Einstein fisikawan yang lahir di Jerman pada tanggal 14 Maret 1897, dikategorikan sebagai manusia paling cerdas di abad 19 hingga sekarang pun belum ada yang bisa disetarakan dengannya. Namun saat kecil ia harus mengalami perlakuan kasar dari petugas di kereta api. Ketika itu Einstein kecil memiliki hobi berdagang dikereta api, ksetelah dikeluarkan oleh sekolah karena dianggap sebagai “siswa terbodoh“. Namun dengan ketekunannya membaca koran-koran bekas seusai berdagang dikereta api, kecerdasannya meningkat luar biasa. Baru setelah berpindah sekolah dan kuliah di Swiss Institute of Technology di Zurich kemudian dia dikenal sebagai siswa atau mahasiswa tercerdas.

Walau sudah lulus kuliah, Einstein tetap saja ditolak untuk bekerja di semua universitas yang ada di Swiss karena dianggap sebagai si “pemalas”. Hingga akhirnya dia meninggalkan dunia akademis dan bekerja dikantor jasa paten.

Baru setelah penemuannya “teori relativitas” dipublikasikan tahun 1905, dia mulai dikenal dan diakui sebagai ilmuwan bahkan manusia tercerdas di Planet Bumi abad 19 dan 20. Dan setelah meninggal (1955), otaknya diambil untuk diteliti, sampai sekarangpun otaknya masih tersimpan rapi di Museum.

3. Archimedes

Archimedes adalah seorang fisikawan, astronom, filsuf dan matematikawan Yunani di tahun 287 SM – 212 SM. Melalui teorinya, yaitu tekanan gaya apung yang bekerja pada suatu benda di dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu, sebagian orang disekelilingnya menganggap dia “gila” apalagi ketika dia kegirangan karena menemukan kesimpulan dari teorinya tersebut.

Archimides yang sudah lama melakukan penelitian menemukan kesimpulan dari penelitiannya ketika mandi dibathub – seperti biasa orang yang mau mandi: tanpa baju, tanpa celana, tanpa sehelai benangpun alias telanjang. Archimedes menyadari kalau air dalam bak mandi yang tadinya tidak penuh kemudian meluber tumpah saat dia masuk kedalamnya. Saking girangnya Archimedes langsung lari sambil berteriak “eureka…. eureka… eureka…” (saya menemukan… saya menemukan…). Bahkan dia tidak menyadari bahwa dia berlari sambil telanjang atau bugil dan lingkungan sekitarnya jadi semakin yakin bahwa Archimedes “telah gila“. Anggapan itu ternyata keliru, karena hampir semua sekolah si dunia sekarang mempelajarai teorinya.

Hal tersebut hanya sebagian kecil dari perlakuan aneh yang menimpa beberapa ilmuwan genius. Berhikmah dari kisah tersebut, kemungkinan banyak guru, orang tua, lingkungan kita yang salah melakukan “statement” kepada anak didik atau orang disekitarnya.

Guru terutama, sudah seharusnya memiliki kemampuan melakukan menilai yang baik tentang perilaku anak-anak, sebab dari merekalah anak-anak belajar.
(sumber : indobestseller.wordpress.com/azaam)

18 Februari 2010

NIKAH SIRI, MASALAH ATAU SOLUSI?

Baru-baru ini masalah nikah siri kembali jadi wacana publik. Pro dan kontra tentang hal ini belum habis dibicarakan. Secara ringkas, yang dimaksud nikah siri adalah pernikahan yang tak tercatat di Kantor Catatan Sipil. Tentang sah atau tidaknya nikah siri, tentu saja sah secara agama dan atau adat.

Namun meski sah secara agama dan atau adat, ternyata nikah yang tak tercatat di Kantor Catatan Sipil ini berdampak rumit bagi pasangan yang melakoni, bahkan mempersulit kehidupan di masa depan anak-anak yang lahir dari orang tua yang menikah dengan cara ini. Anak-anak mereka tidak bisa memiliki Akte Kelahiran, padahal Akte Kelahiran diperlukan untuk administrasi pendidikan formal dan berbagai keperluan lainnya. Tentu saja, ini tak adil bagi anak-anak, anak-anak mereka jelas terdzolimi oleh sistem yang ada! Itu tak terbantahkan !

Kelompok yang menentang pernikahan sirri berasumsi, bahwa pernikahan seperti itu amat merugikan pihak perempuan di mata hukum (hukum negara). Selain mempersulit masa depan anak, sang istri tak mendapatkan hak pewarisan.

Kelompok pendukung berasumsi lain lagi. Menurut pihak yang mendukung pernikahan siri, segala permasalahan di atas semata-mata hanya dikarenakan pihak berwenang enggan mencatatkan pernikahan siri tersebut. Andai pihak berwenang mau proaktif melayani, mendatangi dan membantu mencatatkan pernikahan siri meraka, maka segala permasalahan gugur dengan sendirinya. Dengan demikian, permasalahan bukan pada ‘nikah siri’nya, tapi pada manajemen dan kinerja petugas pencatatan sipil ! Mereka belum memiliki kearifan untuk membantu dan melayani.

Hingga detik ini, pernikahan siri tetap ada di mana-mana. Adanya pernikahan siri diakibatkan oleh banyak hal : 1). Pernikahan siri lebih ekonomis dan sederhana, 2). Adanya peraturan yang melarang praktek poligami terutama bagi pegawai pemerintah, sehingga tak mungkin melangsungkan pernikahan secara biasa, dan hanya mungkin secara agama atau adat. 3). Biaya pernikahan biasa yang mahal. 5). Birokrasi yang bertele-tele. 4). Pernikahan sirri masih dipercaya sebagai solusi menghindari pergaulan bebas (free sex) yang semakin menjadi-jadi.

Bagaimana dengan Anda, nikah siri, masalah atau solusi?

16 Februari 2010

KUTUK SILUMAN PANGRANGO



(Kisah Nyata)


Pagi itu tidak terlalu dingin, tapi tidak setetes airpun dapat diminum … semua membeku bagai salju, keras bagai batu! Empat hari ke depan mereka hanya dapat menyantap mie instant kering, karena persediaan bahan bakar sepenuhnya digunakan untuk mencairkan air minum saja. Ajaib, hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit, setiap air panas yang diangkat dari tungku segera membeku menjadi es kembali...


Cerita aneh gunung Pangrango di Jawa Barat mungkin sudah sering didengar orang. Satu kisah nyata yang akan saya sampaikan ini akan menambah koleksi cerita aneh seputar gunung tersebut. Setelah menyimak tulisan ini, semoga pembaca mengambil pelajaran berarti, yakni menyadari bahwa kita hidup di alam empiris yang bertetangga dengan alam dan mahluk lain, yakni alam dan mahluk yang tidak kasat mata, alam yang irasional !

Kisah nyata ini dialami oleh adik penulis sendiri yang bernama Millah (bukan nama sebenarnya) pada sekitar tahun 1996. Menurut Millah, dari semua gunung yang pernah didakinya, hanya di Pangrango sebuah pantangan serius pernah dilanggar, dan hanya di Pangrango-lah pengalaman pahit pernah dialaminya.

Gunung Pangrango di Jawa Barat termasuk gunung paling populer di kalangan para pendaki. Medan Pangrango termasuk ramah dan cocok bagi pendaki-pendaki tingkat pemula. Namun, jalur yang ramah tersebut ternyata menyimpan murka yang demikian besar bagi orang-orang yang melanggar pantangannya !

Kisah kelabu di Pangrango yang penulis ceritakan ini menimpa sekitar empat puluh remaja pendaki pemula dimana adik penulis yang bernama Millah tergabung di dalamnya. Keempat puluh remaja tersebut sebagian besar berasal dari daerah Bintara, Bekasi Barat. Sisanya berasal dari daerah Pondok Gede dan Bandung.

Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah empat puluh remaja tersebut ke gunung yang dituju, yakni gunung Pangrango yang terletak di daerah jantung Jawa Barat. Seorang kawan bernama Prima, yang merupakan pendaki paling senior di kelompok tersebut, menjelaskan tata krama pendakian. Sebelum memulai pendakian, mereka menemui sesepuh desa di kaki gunung untuk meminta ijin dan menanyakan pantangan-pantangan yang harus ditaati. Menurut sesepuh tersebut, pantangan di gunung Pangrango adalah menyalakan api di malam hari.

Doa bersama memohon perlindungan kepada Tuhan YME, upacara kecil ketuk pintu kepada penghuni gaib, dan pengarahan kepada semua anggota, telah dilaksanakan. Nampaknya, semua tata krama pendakian gunung telah tuntas dilalui. Maka dengan perasaan riang gembira, dimulailah pendakian, menuju puncak Pangrango.

Pada awalnya, perjalanan pendakian berjalan mulus. Sekelompok pendaki pemula itu menginjakkan kaki di puncak Pangrango tanpa menemui aral yang berarti. Memandang hamparan bumi dari puncak Pangrango memang amat menyenangkan hati. Rasanya, segala peluh dan keluh saat mendaki terbayar sudah. Sedikitpun tidak terpancar dari wajah-wajah remaja tersebut perasaan susah. Saat di puncak Pangrango itu, yang ada hanya suka cita dan canda tawa. Mereka benar-benar tidak menyadari garis takdir kelabu yang telah menunggu…

Lewat tengah hari, puncak keceriaan itu segera harus diakhiri. Masih dengan energi yang melimpah ruah, perlahan mereka menjauhi puncak gunung, turun menapaki jalan sempit yang meliuk-liuk, kembali ke titik bertolak.

Sungguh, pesona rimba Pangrango telah mencuri hati keempat puluh pendaki pemula itu. Hati yang terbuai memperlambat langkah mereka, hingga tiba-tiba mereka menyadari bahwa matahari telah jauh tergelincir, petang terlanjur membentang di seluruh pelosok rimba Pangrango. Namun disaat harus bergegas, beberapa anggota rombongan mengeluh kecapaian dan sakit sehingga tak bisa menuntaskan perjalanan. Apa boleh buat, tendapun segera dipasang. Mereka memutuskan untuk bermalam di tengah jalan.

AWAL MALAPETAKA

Hari semakin gelap, lampu ‘emergency’ yang baru beberapa saat dinyalakan nampak semakin meredup. Beberapa orang terpaksa melanggar pemali, membakar ranting dan daun kering untuk keperluan makan-minum… saat itulah malapetaka dimulai …

Tiba-tiba udara terasa dingin sekali ! Berkali lipat lebih dingin dari beberapa saat sebelumnya. Kabut tebal tiba-tiba datang. Di seberang kabut, sekonyong-konyong muncul banyak cahaya merah. Sebagian anggota rombongan mencoba menyidik lebih cermat cahaya apakah itu … astaga ! Cahaya merah itu ternyata ratusan pasang mata !!

Ratusan pasang mata yang tak jelas ujudnya sedang mengamati. Semua anggota rombongan segera menyadari. Suasana senyap, semuanya ketakutan. Beberapa yang memiliki bekal ‘spiritual’ mencoba menetralisir keadaan dengan merapal ‘bebacaan’. Cukup lama berselang, akhirnya ratusan pasang mata yang menakutkan itu pun menghilang. Malam itu menjadi malam pertama yang menciutkan nyali !

Singkat cerita, rombongan pendaki itu tak jua sampai ke kaki gunung. Empat hari sudah mereka berputar-putar. Siang dan malam diteror ketakutan luar biasa. Setelah empat hari itu bahan makanan sudah hampir habis. Selama empat hari itu mereka kehausan karena semua air membeku menjadi es ! Selama empat hari itu bahan bakar tak pernah digunakan untuk memasak makanan, melainkan sekedar mencairkan air minum yang semuanya cepat membeku kembali! Mie instan pun dimakan mentah ! Sebagian besar rombongan histeris, kesurupan, stress. Isak tangis di sana-sini. Banyak pula yang berupaya menjatuhkan diri ke jurang, ingin bunuh diri, karena tak sanggup didera takut yang tak henti-henti. Hanya tak lebih dari sepuluh orang yang masih waras pikirannya, namun sudah lemah pula kondisi badannya. Millah, salah seorang yang masih ‘terjaga’, menceritakan kepada saya, betapa mereka yang sedikit itu kepayahan harus mengikat rekan-rekannya yang berniat terjun ke jurang. Luar biasa, empat hari itu sungguh menjadi hari paling menakutkan seumur hidup !

Syukurlah, pada siang hari, hari keempat, tak disangka mereka berpapasan dengan seorang kakek baik hati yang menunjukkan jalan turun ke bawah… alhamdulillah, semuanya selamat sampai di kaki, dan dapat pulang ke rumah masing-masing.

BELUM BERAKHIR

Satu minggu berlalu dari akhir pendakian, seharusnya kenangan buruk sudah mulai terlupakan. Namun ternyata tidak demikian… pemilik mata merah itu ternyata ‘mengintil’ hingga ke rumah ! (bersambung).