Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

25 Juli 2025

AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Ada yang berpendapat agama dan kebudayaan adalah entitas yang terpisah meski saling mempengaruhi, ada juga yang berpendapat agama adalah bagian dari kebudayaan atau sebaliknya.

Mungkin agama adalah ibu dari kebudayaan. Dalam perspektif religi samawi, khususnya Islam, jelas agama muncul lebih dulu meski dalam rupa yang purba. Kemudian manusia pertama (Adam) berkreasi dan berinovasi menjalani kebiasaan baik yang diwariskan kepada anak cucunya yang memunculkan kebudayaan. Agama adalah tuntunan dari Tuhan, sedangkan kebudayaan adalah buah dari akal budi manusia. Agama dan kebudayaan pada awalnya sangatlah selaras.


Keselarasan agama dan kebudayaan mulai bergesekan ketika manusia atau masyarakat memiliki tafsir keliru atas agama, atau salah faham atas kebudayaan. Budaya-kebudayaan seringkali dituding sebagai praktik dan produk kemusyrikan.  Di sisi lain, tidak semua tradisi memenuhi kategori sebagai budaya-kebudayaan.  


Di Eropa (dunia barat), kebudayaan berkembang hampir tanpa kehadiran agama. Sejak abad ke-16 secara perlahan masyarakat Barat meninggalkan agama, faham Anti Krist (mayoritas Eropa adalah  pemeluk Kristen) terasa dalam buku "Sang Raja" karya Niccolo Machiavelli, "Senjakala Berhala" dan "Zarathustra" karya Frederick Nietzsche, "Das Capital" dan "Manifesto Komunis" karya Karl Mark,  "Sayap-sayap Patah" karya Kahlil Gibran, dan masih banyak lagi, yang kesemuanya menyatakan ketidakpercayaannya kepada agama. Sejak abad ke-16 masyarakat Barat membangun kebudayaan yang nyaris lepas dari agama, yang  kita kenal dengan istilah sekularisme.


Agama (khususnya Islam) dan kebudayaan sebetulnya memiliki persamaan yang fundamental, keduanya memiliki ciri dan fungsi edukasi : memuliakan harkat derajat manusia dan mengajarkan-mendidik untuk menjadi manusia yang  lebih baik. 


Tidak semua tradisi adalah budaya-kebudayaan, namun budaya-kebudayaan sudah pasti adalah tradisi. Maka mari kita bangun tradisi baik, yang sesuai dengan ajaran agama. Dari tradisi, kita melahirkan kebudayaan di komunitas kita masing-masing. 

__________________

Penulis:

Hamdan A Batarawangsa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.