Ketika Iblis menolak menghormati Adam dengan alasan tidak logis (rasis), sejak itulah Iblis menjadi "musuh yang nyata" bagi manusia. Hal tersebut Allah tegaskan lagi saat untuk pertamakalinya Adam dikerjai, ditipu pada peristiwa "khuldi". Merasa lebih mulia dan dengki tercatat dalam Qur'an sebagai dosa pertama yang dilakukan makhluk, dua hal itu adalah nenek moyang dari segala dosa, dan masih ada hingga saat ini. Orang bijak berpesan : jangan mengabarkan segala kesuksesanmu pada orang lain, karena tidak semua orang suka dengan pencapaianmu. Potensi merasa lebih mulia dan dengki ada dalam setiap diri manusia. Karena merasa lebih mulia dan dengki, Iblis berikrar akan menyesatkan manusia hingga akhir hayatnya.
Pada ibadah haji, ada ritual jumroh, yaitu melempar batu, sebuah napak tilas dari peristiwa yang pernah dilakukan keluarga Ibrahim terhadap Iblis yang hendak memperdayanya. Jumrah adalah simbolisasi perlawanan abadi manusia terhadap tipu muslihat Iblis. Iblis menghancurkan umat manusia hanya melalui tipu muslihat, lalu membisikan (provokasi) kejahatan ke dalam dada manusia. Dalam Qur'an, Allah menggunakan kata "dada" bukan "hati" sebagai sasaran provokasi syaithon (kekuatan jahat) karena dada adalah konotasi dari tempatnya ego, nafsu, dan amarah yang bergemuruh.
Jumrah sebagai simbol perlawanan adalah melempar kerikil sebanyak 7 kali dimana angka 7 bagi masyarakat Arab memiliki arti "banyak". Jumrah dilakukan 4 hari berturut-turut, pada hari ke-2 hingga ke-4 ritual jumrah dilakukan 3 kali dalam sehari, sehingga total lemparan adalah 70.
Sebagian ulasan Idul Adha menitik beratkan pada peristiwa pemotongan hewan sebagai pesan untuk "membunuh" nafsu hewaniyah. Jika mengulas secara kronologis sejak jumrah, sebetulnya ini tentang ujian keteguhan dalam berprasangka baik kepada Allah seperti yang dicontohkan keluarga Ibrahim. Prasangka Ibrahim dan keluarganya diuji melalui perintah yang amat berat, yaitu perintah mengorbankan orang yang paling disayang. Ibrahim dan keluarganya berhasil membuktikan kekokohan prasangka baiknya kepada Allah. Perayaan Idul Adha adalah perayaan menangnya prasangka baik.
Kita melatih tanpa henti untuk terus berprasangka baik kepada Allah, kita ucap berulang-ulang kalimat tasbih dalam setiap sujud terkhusuk shalat-shalat kita. Inilah pesan paling privat dari Idul Adha, sebagaimana pula pesan paling privat dari shalat, semua ini tentang prasangka baik. Prasangka baik ada dalam pikiran. Pikiran menentukan perkataan, perkataan menentukan perbuatan, dan perbuatan menentukan "nasib" di masa depan. Atau prasangka itu ada di hati, jika baik hatinya maka baiklah segala amalannya.
Selamat merayakan Idul Adha 1446 H, 6 Juni 2025.
_____
Penulis:
Hamdan A Batarawangsa

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.