Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

01 Oktober 2021

MENGAPA BUMI JADI BEGINI ?


Ketika semua orang merasa nyaman dan baik-baik saja, sekelompok ilmuan adalah komunitas pertama yang mengetahui dan menyadari bahwa bumi yang kita huni ini sedang memulai kehancurannya,  umat manusia akan menghadapi bencana luar biasa.

Di tahun 2021 ini cuaca ekstrim makin sering terjadi, dan akan semakin sering dari waktu ke waktu ... hal yang tidak pernah disangka-sangka 30 tahun lalu.  Cuaca ekstrim ini merupakan akibat dari pemanasan rata-rata 1,1 derajat C di atas tingkat praindustri. Laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), badan ilmu iklim terbesar di dunia, mengemukakan bahwa yang kita alami saat ini belum ada apa-apanya !

IPCC melaporkan bahwa dunia dapat mencapai atau melampaui pemanasan 1,5 derajat C dalam dua dekade saja. Akankah kita bisa membatasi pemanasan di tingkat ini dan mencegah dampak iklim terparah? 

Hanya dengan mengurangi emisi secara ambisius, dunia akan dapat membatasi kenaikan suhu global di tingkat 1,5 derajat C (batas yang ditetapkan para ilmuan untuk mencegah dampak iklim terburuk).  Sebagai gambaran, kenaikan suhu dunia dalam tiga juta tahun terakhir tidak mencapai 2,5 derajat C. Periode ini menunjukkan sistem iklim yang sangat berbeda.

Untuk membatasi dampak berbahaya dari perubahan iklim, dunia harus mencapai emisi CO2 nol bersih dan mengurangi gas non-CO2 seperti metana secara besar-besaran. Penghapusan karbon dapat membantu mengompensasi emisi yang sulit dikurangi, termasuk melalui pendekatan alami seperti penanaman pohon.

Namun, IPCC mencatat bahwa sistem iklim tidak akan langsung berubah dengan adanya penghapusan karbon. Beberapa dampak, seperti kenaikan permukaan laut, tidak akan dapat dipulihkan setidaknya selama beberapa abad, bahkan setelah penurunan emisi berhasil dilakukan.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa sistem penyerap karbon kita yang sangat berharga — daratan dan lautan — sedang menghadapi ancaman besar. Saat ini, sistem-sistem ini memberikan layanan yang luar biasa — menyerap lebih dari setengah karbon dioksida yang dikeluarkan dunia, namun efektivitasnya dalam menyerap CO2 akan terus berkurang seiring dengan meningkatnya emisi. Di bawah beberapa skenario yang dipelajari oleh IPCC, tanah yang tenggelam akhirnya akan menjadi sumber yang memancarkan CO2 alih-alih menyedotnya. Hal ini dapat menyebabkan pemanasan yang tak terkendali. Fenomena ini sudah mulai terjadi di bagian tenggara hutan hujan Amazon yang sudah tidak lagi bekerja sebagai penyerap karbon karena pemanasan lokal yang diperparah oleh deforestasi.


PROYEK NIOM SAUDI, 

MEGAPOLITAN MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM

Neom adalah sebuah kota mandiri futuristik yang dicanangkan oleh Kerajaan Arab Saudi bekerja sama dengan perusahaan minyak Saudi Aramco dan dipublikasikan kepada khalayak pada akhir Oktober 2017. Luas kota ini direncanakan mencapai 26.500 km² dan melintasi tiga negara yakni Arab Saudi, Mesir, dan Yordania. Lokasi dari kota ini direncanakan sejajar dengan Laut Merah dan Teluk Aqaba serta dekat dengan Terusan Suez.  Untuk pengembangan proyek kota Neom ini Kerajaan Arab Saudi akan mengucurkan dana sebesar 500 milyar dolar AS dan nantinya kota ini akan dimiliki oleh dana kekayaan kedaulatan (sovereign wealth fund) Saudi Public Investment Fund.

Neom digadang-gadang sebagai kota kapitalis pertama di dunia di mana kehidupan dan sistem hukumnya akan lebih liberal daripada di wilayah Arab Saudi lainnya. Kota ini juga akan dirancang sebagai kota berkesinambungan di mana listrik untuk konsumsi kota tersebut akan dihasilkan oleh tenaga surya dan produksi makanannya berasal dari lahan tani vertikal. Selain itu pekerjaan-pekerjaan repetitif di kota ini akan diotomasi. 

Mega proyek ini dirancang untuk dapat menampung 1 juta orang yang mencakup ekspatriat dan eksekutif dari seluruh dunia yang bekerja sekaligus hidup di kota Neom. Layanan profesional yang dijanjikan berstandar internasional dan diklaim kelas wahid di seluruh sektor. Mulai dari hunian mewah, komersial eksklusif, pendidikan premium, pusat penelitian, tempat olahraga, maupun hiburan.

Proyek Neom yang sempat melambat karena Covid 19, kini kembali jadi perhatian dunia terutama setelah dihubungkan dengan laporan IPPC bulan Agustus 2021 tentang perubahan iklim yang terus berlangsung. Di kawasan Neom setidaknya akan/sedang ditanam setidaknya 500 milyar pohon untuk mengurangi emisi karbon dan lokasinya yang memanjang di tepian laut akan memanfaatkan teknologi untuk mengubah air laut menjadi air tawar yang bisa diminum sebagai antisipasi kekeringan akibat pemanasan global.


PUSTAKA

www.wri.org

www.nature.com

Kompas.com

Tribun.com

Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.