Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

03 Juni 2023

FILSAFAT AYAT KURSI

Ayat Kursi adalah istilah, khususnya bagi kalangan muslim Indonesia, untuk menamakan ayat ke-255 dari Surah al Baqarah, yaitu Surah ke-2 al Quran. Frasa “Ayat Kursi” diambil dari kata “kursiyyuhu” yang artinya  “SinggasanaNya” yang terdapat pada ayat ke-255 Surah al Baqarah tersebut.


Menurut Abdullah Yusuf Ali[1], frasa “kursiyyuhu” dalam Bahasa Arab klasik memiliki makna yang lebih dari singgasana, singgasana sendiri adalah simbol dari kekuasaan.  Ibnu Katsir[2] mengatakan bahwa Ayat Kursi memuat tentang Keagungan Allah. Dalam hadits (HR Tirmidzi) disebutkan bahwa puncak al Quran adalah surah al Baqarah karena di dalamnya ada ayat pemimpin segala ayat al Quran, yaitu Ayat Kursi. Sementara dalam HR Ahmad disebutkan bahwa kualitas Ayat Kursi adalah setara seperempat isi al Quran.

Kaum Muslimin meyakini bahwa Ayat Kursi difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril dengan diiringi ribuan malaikat lainnya, pada suatu malam saat Nabi melakukan hijrah dari Kota Mekkah ke Kota Yatsrib (Madinah al Munawwarah).  Tidak ada riwayat asbabunnuzul (peristiwa sebab diturunkannya) yang khusus berkenaan dengan Ayat Kursi ini.

Ayat Kursi adalah firman Allah kepada Muhammad Rasulullah yang disampaikan melalui perantaraan malaikat JIbril. Ayat Kursi berisi penegasan siapa dan bagaimana Tuhan, dengan kata lain, dalam Ayat Kursi Allah memperkenalkan diriNya.

Terjemahan Bahasa Indonesia dari bahasa Arab klasik ayat ke-255 Surah al Baqarah, atau Ayat Kursi kurang lebih sebagai berikut :

Allah, tidak ada Tuhan selain Dia Yang  Maha Hidup (kekal; tidak mungkin mati)-Maha Independen (pemilik otoritas; segala sesuatu bergantung kepadaNya; mengurus semua ciptaanNya tanpa jeda), tidak  mengantuk dan tidak tidur.  MilikNya semua yang di langit dan di bumi. Siapakah yang bisa memberi syafaat tanpa ijinNya? Ia mengetahui semua yang mereka kemukakan dan semua yang mereka sembunyikan, sedangkan mereka tidak mengetahui apapun dari ilmu Allah, melainkan yang dikehendakiNya.  SinggasanaNya (kekuasaanNya) meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat mengurus semuanya, dan Ia  Maha Tinggi-Maha Besar.

Point penting dari Ayat Kursi adalah 1). Allah itu Maha Esa (hanya ada satu); 2). Allah itu Maha Hidup : kekal, tidak mungkin mati, tidak pernah mengantuk, tidak pernah tidur; 3). Allah itu Maha Independen : tidak membutuhkan siapapun tapi siapapun dan apapun bergantung kepadaNya, satu-satunya pemilik hak otoritas (hak mengatur), Allah mengatur segalanya tanpa jeda; 4). Segala kejadian adalah atas ijinNya; 5). Allah adalah Pemilik segalanya; 6). Allah itu Maha Mengetahui, Allah adalah Sumber Ilmu; 7). Allah adalah Penguasa langit dan bumi; 8). Allah sama sekali tidak merasa repot mengurus segalanya; 9) Allah Maha Tinggi; 10). Allah Maha Besar.

Pada Ayat Kursi tertulis beberapa sifat Tuhan yang  begitu berbeda dengan sifat-sifat kehidupan apapun sejauh pengetahuan manusia. Barangkali sebelumnya ada manusia yang membayangkan Tuhan seperti manusia raja, yang meskipun berkuasa tapi pada saat-saat tertentu akan tertidur, rehat, bahkan khilaf. Dalam Ayat Kursi Allah memperkenalkan diriNya sebagai Yang Maha Sempurna, jauh dari sifat-sifat manusia yang lemah.

Ayat Kursi adalah satu dari banyak ayat dimana Allah memperkenalkan diriNya.  Bagi orang-orang tasawuf (orang yang memperdalam aspek intelektuil dari moralitas  religiusitas-spiritualitas Islam), upaya untuk lebih mengenal Allah adalah ikhtiar terpenting dalam hidup.  Orang tasawuf meyakini bahwa Allah memiliki keinginan untuk dikenal oleh makhlukNya, khususnya makhluk manusia, karena tema besar kehidupan adalah tentang cinta dimana perkenalan adalah bagian dari spiritualisme yang  paling romantik. Ayahanda Penulis pernah memberitahu bahwa “… hanya satu keinginan Allah, yaitu ingin dikenal. Dan hanya satu perintah Allah, yaitu hidup guyup rukun saling mengasihi.”

Penulis : Bataragema (4/6/23)

[1] Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1993

[2] Tafsir Ibnu Katsir, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafii, 2004






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar pada space yang tersedia. Komentar akan muncul setelah disetujui Admin.