Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

28 Oktober 2011

ISKANDAR DZULKARNAIN (ALEXANDER AGUNG)

(Al Qur'an 18 : 83-98; terjemahan naskah kuno abad ke-7 Masehi)

(Sumber gambar : the-airman.wikispaces.com)

Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah : Aku akan bacakan padamu cerita tentangnya.

Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati disitu segolongan umat. Kami berkata: Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Dzulqarnain : Adapun orang yang aniaya,maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya yang mudah dari perintah-perintah kami.

Kemudian dia menempuh (jalan yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari, dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah, dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.

Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai diantara dua buah gunung, dia mendapati diantara kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata : Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka? Beri aku potongan-potongan besi hingga apabila besi tu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain : Tiuplah (api). Hingga apabila besi itu telah menjadi api, diapun berkata :Berilah aku tembaga agar aku tuangkan ke atas besi panas itu. Maka mereka tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa melobanginya. Dzulqarnain berkata : Ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila telah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar.

09 Oktober 2011

KIAT MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK

Oleh :
Hamdan Arfani



Reiny Dwinanda, wartawan Republika, menulis pada Republika.Co.Id. tentang kiat menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Reiny mengutip pendapat beberapa ahli pendidikan dan psikologi anak seperti Lynne Milliner dari RS. Cleveland, Tina Payne Bryson, Sara Lise Raff, dan Barack Levin.

Berikut adalah kiat yang ditulis Reiny :
1. Jangan membanding-bandingkan
2. Jangan memberi label negatif pada anak
3. Jadilah model bagi anak
4. Jangan terlalu keras menghukumnya
5. Jangan terlalu melindungi
6. Pujian kecil sangat penting
7. Utarakan cinta anda.

Jangan membandingkan anak anda dengan anak yang lain ataupun saudara-saudaranya. Sebaliknya, fokuslah pada apa yang membuat anak anda berbeda dan biarkan dia tahu cara khusus untuk mengatasinya.

Jangan memberi label negatif pada anak. Label-label negatif itu misalnya : pemalu, pemalas, ceroboh, bodoh, jelek, kumal, bau, dan sebagainya (Anak anda perlu 'harga diri positif' dan 'citra diri positif', harga diri positif atau self esteem dan harga diri positif atau self image akan menumbuhkan kepercayaan yang besar pada anak anda. Harga diri dan citra diri positif itu bisa dibangun dengan memberikan pujian jika anak anda menunjukkan prestasinya--Hamdan).

Jadilah contoh keramahan di depan anak anda. Misalnya jika anda pergi ke lingkungan yang baru bagi anak, tunjukkan cara 'masuk' dalam kelompok itu. Misalnya dengan menyapa salah satu diantaranya dengan percakapan ringan "Saya suka bonekamu, Emily. siapa namanya ?"

Penelitian menunjukkan, bahwa orang tua yang mendidik dan menghukum anaknya terlalu keras, akan membuat anak menarik diri dalam lingkungan sosialnya (Hukuman bagi anak hendaknya konsisten sehingga menjadi semacam konsekuensi yang sudah diketahui anak apabila ia melanggarnya. Hukuman berupa pukulan hendaknya dihindari. Prinsip pemberian hukuman bagi anak adalah "mengambil untuk sementara apa yang disukainya, atau memberikan sesuatu yang tidak disukai" misalnya jika anak biasa memakai baju kesukaannya pada waktu tertentu, maka baju tersebut untuk sementara harus disita. Atau jika anak anda tidak suka berjalan kaki ke sekolah, maka buatlah anak anda berjalan kaki untuk hari tertentu. Orang tua bisa berkreasi dengan menimbang-nimbang hukuman yang pantas, tidak menyiksa, namun cukup mendidik--Hamdan).