Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

30 Oktober 2025

SANKSI SOSIAL

Menurut Koentjaraningrat, sanksi sosial adalah reaksi masyarakat terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sanksi sosial mampu menjaga keteraturan sosial dan mendorong kepatuhan terhadap norma-norma sosial. Contoh sanksi sosial misalnya hukuman denda, celaan dan pengucilan. Senada dengan Koentjaraningrat, Ultrecht menambahkan bahwa sanksi sosial tidak dibuat oleh negara, melainkan oleh masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto dan Abdul Syani, sanksi sosial ada yang positif (pujian, penghargaan, dsb) dan negatif (,celaan, pengucilan, hukuman, dsb) karena menurutnya sanksi sosial adalah alat pengendali sosial yang memastikan anggota masyarakat mematuhi norma-norma yang berlaku dan sebagai pembentuk kepribadian sosial seseorang. 


Namun, meski sanksi sosial bertujuan menciptakan harmoni, menurut Peter Berger, sanksi sosial sering muncul sebagai cerminan "kekuasaan sosial" bukan "kebenaran moral", dimana sesuatu yang dianggap salah bisa saja hanya karena "berbeda" dari kebiasaan atau pandangan mayoritas, bukan benar-benar penyimpangan. 


Koentjaraningrat mengatakan bahwa sanksi sosial bisa sangat emosional, subjektif, tidak konsisten, dan mengabaikan prinsip keadilan. Sanksi sosial bisa saja disalahgunakan. 


Dari berbagai sumber dapat dirangkum beberapa contoh penyalahgunaan atau penyimpangan sanksi sosial, diantaranya : 

1. Salah sasaran, yang disebabkan oleh prasangka buruk, kepentingan pribadi/tekanan kelompok, dan emosi.

2. Sanksi bisa jauh lebih berat daripada tingkat kesalahannya sehingga tidak memenuhi prinsip keadilan yang menjadi intisari penegakan hukum.

3. Tidak konsisten, ada kalanya hanya menyasar orang /kelompok tertentu namun tidak berlaku pada seseorang atau kelompok lain yang melakukan "kesalahan' yang sama.


Sanksi sosial memiliki tujuan moral dan edukasi, bukan menyakiti (psikopat) sehingga penerapannya harus sesuai dengan tujuannya itu. Efektivitas sangsi sosial dipengaruhi kualitas moral masyarakatnya, alih-alih menciptakan harmoni, penyalahgunaan atau penyimpangan sangsi sosial justru malah menimbulkan konflik dan perpecahan dalam masyarakat. 

______

Penulis 
Hamdan A Batarawangsa 





22 Oktober 2025

KOMUNIS, ATEIS, AGNOSTIK, SOSIALIS

Anak muda jaman sekarang lebih banyak menulis dibanding generasi di atasnya, bukan hanya di paper namun juga di media lain terutama di media sosial. Tema-tema yang dibahas sangat beragam, termasuk persoalan komunisme, dan perbedaannya dengan ateis, sosialis, dan agnostik.












Ateis berarti  orang yang yang "tidak percaya keberadaan Tuhan", kata ini berasal dari bahasa Yunani, atheos (a=tidak, theos=Tuhan). Umumnya, orang ateis memiliki dasar berpikir materialisme, meski materialisme sendiri mendapat kritik dari mazhab filsafat eksistensialisme. Ateis berbeda dengan agnostik, agnostik masih mengakui keberadaan supranatural, metafisika, dan hal-hal imateri lain,  namun tidak punya-- dan berkeyakinan tidak mampu memiliki--pengetahuan yang berhubungan dengan hal tersebut, termasuk tentang Tuhan. Orang agnostik berada di daerah samar, meski merasakan keberadaanNya namun belum mampu menegaskan keberadaan Tuhan. 


Adapun komunis adalah orang yang menganut ideologi komunisme, yakni suatu ideologi sosiopolitik-ekonomi dimana tidak mengakui kepemilikan pribadi terutama atas properti yang berhubungan dengan kebutuhan orang banyak, melainkan dianggap sebagai milik bersama yang dikelola oleh negara, dan menghilangkan kelas-kelas sosial. Menghilangkan hak kepemilikan pribadi menyebabkan komunisme dituding melanggar Hak Asasi Manusia, terutama dari kaum penganut kapitalisme. 


Khusus komunisme yang berasal dari Karl Mark (marxis),  komunisme ini berangkat dari paham materialisme yang bukan cuma mendapat kritik dari mazhab  eksistensialisme tapi juga mendapat perlawanan dari kaum agamis, khususnya Islam. Doktrin komunisme marxis menyatakan agama sebagai candu masyarakat, dogma dan mistis dalam agama dianggap penyakit yang merusak pikiran masyarakat. 


Komunisme yang tidak berangkat dari marxisme (materialisme) lebih akrab disebut sosialisme. Sosialisme bisa saja memiliki dasar religi. Di Indonesia, organisasi sosialisme Syariat Islam dipimpin HOS Tjokroaminoto, pada tahun 1912, organisasi sosialis ini jelas berdasarkan religi keislaman, meski tersusupi beberapa  oknum  berpaham komunisme marxis.


Perbedaan mencolok komunisme dan sosialisme diantaranya dalam cara perjuangannya: Komunisme percaya pada revolusi ekstrim, pengerahan massa, pemaksaan tanpa memperhatikan HAM, sedangkan sosialisme memilih jalur reformasi, kompromi, menghindari perpecahan, dan tetap melindungi HAM.


Bagi komunisme, negara hanyalah alat yang akan lenyap ketika tujuan komunisme tercapai. Bagi sosialisme, negara tetap harus ada untuk menjamin harmoni masyarakat.


Dalam komunisme tidak ada kepemilikan pribadi, semua adalah milik negara. Sedangkan dalam sosialisme umumnya aset-properti dikuasai negara dan organisasi, beberapa secara terbatas masih ada yang menjadi milik pribadi. Tujuan utama sosialisme adalah mewujudkan keadilan sosial secara damai tanpa melanggar HAM. Beberapa negara sosialis saat ini diantaranya Swedia, Norwegia, dan Finlandia.


Indonesia, menganut ideologi Pancasila yang sebetulnya adalah model sosialisme yang berdasar pada religi-spiritualisme dan demokrasi musyawarah mufakat. Tan Malaka pernah juga membuat konsep negara republik sosialis bagi Indonesia dimana tidak menganut trias politika.

___________


Penulis

Hamdan A Batarawangsa