Tanpa kejernihan hidup yang bagaimana, manusia bisa berdamai dengan kematian ? Tak ada kebaikan yang tak berbalas, tak ada keburukan yang tak bersanksi. My wisdom goes over the sea of wild wisdom

12 Agustus 2025

PERSATUAN INDONESIA KUNCI KEMAJUAN

Sistematika Pancasila begitu indahnya, hampir semua penelaah filosopi kebangsaan sepakat bahwa negara yang berdasar Pancasila dan bangsa yang berbudaya Pancasila pastilah akan digjaya. Barack Obama saat berkunjung ke Universitas Indonesia mengatakan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika layak menjadi contoh bagi dunia.

Sebagai konsep negara dan tuntunan kehidupan berbangsa, Pancasila sangat identik dengan watak dan budaya rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Sila ke-1 dan ke-2 adalah terjemahan dari prinsip "habluminallah dan habluminannas" yang merupakan tema umum dari kehidupan privat dan sosial, sila ke-3 dan ke-4 adalah terjemahan dari prinsip muamalah  "ukhuwah dan musyawarah" sebagai cara berkehidupan sosial, dan sila ke-5 adalah tujuan bersama mewujudkan keadilan sosial sebagai gerbang bagi kehidupan berbangsa yang berkualitas.


Meski Pancasila banyak dipuji, tapi aplikasinya dalam keseharian penuh dengan kritik. Sila ke-1, ke-2, dan ke-5 ada dalam ranah pikiran. Sila ke-3 dan ke-4 ada dalam ranah perbuatan, ranah aplikasi. Aplikasi atau pengamalan dari sila ke-3 dan ke-4 tidak sesuai seharusnya.


Kelemahan utama bangsa Indonesia adalah belum terciptanya kondisi PERSATUAN yang "sepadan" dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke-1, ke-2, dan ke-5. Bangsa Indonesia terlalu gaduh terutama sejak mengenal media sosial. Dulu kiblat informasi adalah TV, radio, majalah, dan koran, dimana narasumber berasal dari kalangan terpilih. Kini di era medsos, orang-orang bodoh bisa seenaknya "goblog-goblog'i" seorang pakar ilmu. Terlalu banyak debat kusir di media massa khususnya medsos, mempertajam gesekan sosial, memperlemah persatuan Indonesia.


Kelemahan pengamalan Pancasila lainnya adalah pada aplikasi sila ke-4, dimana prinsip demokrasi musyawarah mufakat digeser bahkan disubstitusi dengan prinsip demokrasi liberal, dimana memakan biaya sangat mahal baik materi maupun imateri. Demokrasi liberal (vooting, pemilihan langsung, sistem pemilu terbuka, dll)  berkontribusi mempertajam gesekan horizontal dan vertikal, turut melemahkan persatuan bangsa atau ukhuwah wathoniyah kita. Demokrasi tidak harus mahal, sistem demokrasi perlu diefisienkan, perlu diefektifkan, terlebih lagi amat perlu untuk tidak melemahkan persatuan.


Saat ini, persatuan Indonesia sedang sakit, sedang dikoyak-koyak, padahal hal tersebut adalah kunci kemajuan kita : menjamin kamtibmas, penegakan hukum yang lebih baik, penumpasan koruptor yang lebih gencar, pemulihan iklim usaha pasca pandemi global, pembukaan lapangan kerja, dan pembuatan regulasi yang lebih menguntungkan banyak pihak.


________

Penulis

Hamdan A Batarawangsa