Oleh Bataragema
Agama adalah sistem kepercayaan yang berasal dari suatu kekuatan ghaib, kata Harun Nasution; agama adalah dasarnya negara, kata Imam al Ghazali, dalam Al Tibr al Masbuk fi Nasihati al Muluk. Banyak definisi agama, tapi intinya, agama adalah pedoman hidup dari Tuhan, bukan karangan imajinasi manusia.
Secara alamiah manusia mengetahui adanya kekuatan mahluk lain, mahluk itu menjadi abdi jika kekuatannya dikalahkan, namun menjadi “tuhan” jika malah mengendalikan. Manusia cenderung mempertuhankan sesuatu yang dicintai atau ditakutinya. Api pernah dipertuhankan di Persia, matahari dan manusia dipertuhankan di Mesir kuno. Pada peradaban modern sekarang, legenda sepakbola Maradona pernah diproklamirkan sebagai tuhan oleh sekelompok fans fanatik. Mereka yang mengaku ateis sebetulnya bertuhan pula, yaitu apa dan siapapun yang mereka takuti. Pada hakikatnya semua manusia memiliki tuhan, terlepas dari siapa Tuhan yang sebenarnya. Inilah salah satu kegelisahan terbesar mahluk manusia, ketika menyandarkan pengabdiannya kepada tuhan yang keliru, terlebih pada tuhan yang menindas.
Tuhan merupakan sebuah gagasan yang telah menjangkiti pemikiran berjuta-juta orang di dunia, kata Karen Amstrong dalam A History of God. Dalam setiap kesempatan Tuhan selalu menjadi perdebatan, antara realitas yang transenden dan imanen. Realitas transenden Tuhan diekspresikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Tuhan dalam sejarah umat manusia sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad saw. memiliki sejarah, ide, dan pengalaman tentang Tuhan yang saling terkait dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Akan tetapi karena adanya proses sejarah yang terus berlangsung mengakibatkan perkembangan dalam ketiga agama tersebut menampilkan watak yang berbeda (Suwartiningsih, 2005: Konsep Tuhan dalam Agama-agama, Jurnal Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Pengetahuan tentang "Tuhan yang sebenarnya", sebagian merupakan hasil iktiar manusia melalui proses berpikir, berfilsafat, bertafakur, dan sebagainya. Namun pengetahuan dari ikhtiar seperti itu tidak pernah bisa mencapai esensi karena keterbatasan otak manusia. Kerja rasio pikiran hanya bisa menyentuh tanda-tandanya saja dari keberadaanNya. Ketika rasionalisme sampai di puncak eksistensi dalam pencarian kebenaran, maka puncak eksistensi itu hanyalah awal dari perjalanan baru spiritual, kata Lukman Saksono dalam Psikologi al Quran. Melengkapi ikhtiar berpikir manusia dalam memperoleh pengetahuan bahkan keyakinan tentang Tuhan, Tuhan memperkenalkan diriNya melalui para Nabi yang terdokumentasi dalam kitab suci (yang asli) yang masih ada hingga detik ini. Tuhan memperkenalkan diriNya beserta sifat-sifatNya, agar manusia mengenalNya.
Selain memperkenalkan diriNya, Tuhan mengajarkan nilai-nilai dan pedoman perilaku. Beberapa ajaran agama diantaranya (1) penegasan bahwa Tuhan itu Maha Esa, Sang Hyang Tunggal, hanya satu; (2) menyeru berbuat kebajikan dan mengupayakan perdamaian; (3) penegasan bahwa ada kehidupan setelah kematian; (4) mewajibkan berpuasa pada waktu tertentu.
Ketuhanan Yang Maha Esa, humanisme, hidup setelah mati, dan puasa, adalah empat pokok ajaran agama, yang ternyata diyakini tidak hanya oleh satu agama saja. Setidaknya agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu, dan Yahudi, sepakat dalam empat hal ini. Mungkin, dahulunya semua agama ini, pada awalnya dibawa oleh Rasul yang sama.
Tidak ada yang membantah, bahwa umat manusia tidak diciptakan Tuhan dalam jumlah yang langsung banyak, melainkan berasal dari sepasang manusia yang menjadi manusia dan sekaligus Rasul pertama.
Jika kita membaca sejarah Hindu, ajaran Hindu dibawa oleh bangsa arian (budaya maju) Babilonia atau Babel (Bab El = Pintu Tuhan) ke India. Kita tahu, bahwa Nabi Ibrahim juga berasal dari Babilonia. Ibrahim yang dalam Bahasa Yahudi disebut Abram, adalah seakar kata dengan Brahma, yang ada dalam agama Hindu. Dalam agama Kristen dan Katolik, Ibrahim disebut Abraham. Ibrahim, dalam agama Islam disebut Bapak Para Nabi, karena dari dzuriyat Ibrahim-lah lahir banyak nabi-nabi, diantaranya Ishma El dan Muhammad (Islam), Daud dan Musa (Yahudi), dan Isa al Masih (Kristen-Katolik).
Dari agama Hindu pula kita mengenal kisah Raja Khansa yang mengaku tuhan, dan Krishna beserta saudaranya Balarama yang melawan Khansa, sangat identik dengan kisah Firaun dan Musa beserta saudaranya Harun, yang ada dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi.
Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid memandang agama-agama seperti jari-jari roda, yang saling mendekat ketika semakin dekat kepada Tuhan. Bagi saya, agama itu seperti perspektif, semakin jauh ke masa lalu, nampak semakin mengerucut.


